2018, Tahun Bencana Alam, Mari Introspeksi!

Oleh Elis Trusina, S.T. (Muslimah Peduli Bangsa)

Melihat kabar di sosmed, saudara – saudaraku di beberapa lokasi bencana, muncul pertanyaan bagaimana jika itu terjadi kepada saya?Membayangkan dahsyatnya kejadian itu begitu lunglai, sedih sampai menangis berempati kepada korban. 

Rasa ini campur aduk, meronta ingin bantu dengan segenap kemampuan yang tak maksimal terealisasi. Lombok  (Nusa Tenggara Barat) , Palu juga Donggala (Sulawesi Tengah)  di tambah lagi Gunung Siputan Sulawesi Utara dan di awal bulan masuk tahun 2018 tercatat Jumlah kejadian bencana Selama Januari 2018 hingga Februari 2018 telah terjadi 513 kejadian bencana di tanah air. Dari 513 kejadian bencana tersebut terdiri dari puting beliung 182 kejadian, banjir 157, longsor 137, kebakaran hutan dan lahan 15, kombinasi banjir dan tanah longsor 10, gelombang pasang dan abrasi 7, gempa bumi merusak 3, dan erupsi gunung api 2 kali. 

Berbagai Analisis Ilmiah dan prediksi ilmiah bermunculan yang begitu menambah wawasan dan banyak ibrah serta membuat saya semakin sadar dan yakin di balik semua ini ada Sang Pencipta yaitu Allah Subhanahu wata'ala yang membuktikan bahwa semua adalah makhluk Nya. 

Alam Semseta hanyalah Makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan segala khasiatnya. Adanya  memiliki efek positif dan negatif sesuai perintah Nya sesuai kontrak Nya. Jika Sang Pencipta perintahkan pada tanah “Wahai Tanah Bergulung lah seperti karpet yang di gulung. Maka bergoyanglah, bergeraklah ia membelah bumi. Tanah pun tidak akan menolak. Adanya tanah akan taat tunduk pada perintah Sang Pencipta tanpa memperhatikan di atas tanah ada siapa dan apa – apa.

Begitulah Ketaatan tanah (Alam Semesta/Kauniyah) pada sang pencipta, sebagai makhluk yang punya potensi untuk saling menguji sesama makhluk. Manusia, Alam semesta serta kehidupan adalah Makhluk Nya yang disadari atau tidak keberadaannya akan saling menguji dan bisa jadi pengingat.

Bencana adalah Ujian dan Pengingat bagi kita. Yang harus disadari adalah kesadaran bagaimana berinteraksi antar makhluk sebagai penguji dan pengingat itu. Allah SWT menciptakan Manusia untuk berinteraksi dengan alam semesta dengan segenap aturan Nya. 

Di dalam kitab nidzomul iktishodiy (An-Nabhani) dijelaskan bahwa Allah SWT mencitpakan Alam Semesta dengan segala kekayaannya untuk dijadikan sumber kehidupan sekaligus sumber kekayaan yang harus dikelola manusia. 

Hal demikian berarti wajib bagi manusia untuk mengelola dan menggali nya, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-quran surat Hud ayat 61 Yang Artinya 

“ Dia (Allah SWT) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian memakmurkannya (mengurusnya)”. dan manusia tidak diperbolehkan untuk merusak alam semesta karena akan merugikan makhluk lain  sebagaiman Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 56, yang artinya 

“Dan jangan lah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah SWT) memperbaikinya.” 

Maka jika interaksi kita dengan alam semesta ini sudah sesuai dengan aturan Nya, tetapi musibah itu tetap datang itulah yang dinamakan ujian.  Aebab sejatinya selama masih bisa bernafas ujian untuk manusia akan terus ada ujian baginya.

Hal yang harus diperhatikan itu adalah bagaimana menyikapi ujian itu. Sabar, Tawakal dan ikhlas memang solusi atas musibah. Namun sebelum sabar, tawakal dan ikhlas itu ada upaya yang harus di kerjakan yaitu tadi interaksi qita dengan alam semesta ini harus sesuai aturan Nya sebagai bentuk ikhtiyar hamba kepada Sang Pencipta. 

Untuk mewujudkan iktiyar paripurna haruslah ada upaya untuk menerapkan aturan Allah dakam kehiduoan. Selain itu juga perlu kontrol individu untuk salung melakukan amar maruf nahyi munkar,  dan negara sangatlah dibutuhkan untuk menwrapkan syariah Islam secara kaffah. Tersebab syariat Islam kaffahlah yang akan mengundang berkah dan menjauhkan bangsa dari amarah Allah karena kemaksiatan yang dilakukan manusia. Wallahu’alam Bishowab 




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak