Sosok Pemimpin Ideal Dalam Islam
Oleh : Rindoe Arrayah
Hingar bingar perhelatan menjelang pilpres 2019 sudah sangat terasa. Para calon pemimpin beserta tim suksesnya berupaya sekuat tenaga mempromosikan calon pemimpin yang diidamkan. Pesta demokrasi terbukti hingga kini tidak pernah bisa mengantarkan umat memiliki pemimpin yang ideal. Seperti apakah pemimpin yang ideal dalam pandangan Islam?
.
Hakikat Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah amanah untuk meri'ayah (melayani/mengurus) orang-orang yang dipimpin. Rasulullah SAW mengibaratkan pemimpin laksana penggembala (ra'in). Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : "Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)".
(HR. Imam Al-Bukhari dan Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar ra)
Jelaslah pengibaratan yang disematkan oleh Rasulullah SAW terhadap seorang pemimpin. Mereka laksana penggembala yang bertanggung jawab mengurus rakyat yang diamanahkan kepadanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Tidaklah seseorang yang diserahi Allah memimpin urusan rakyat, lalu dia tidak menasihati rakyatnya, melainkan dia tidak mencium harumnya surga". (HR. Al Bukhari).
Sejak masa Rasulullah SAW hingga para khalifah penggantu beliau, para pemimpinlah -mulai dari khalifah, wali/gubernur, amil/bupati, panglima tentara- yang setiap Jum'at berkhutbah menyampaikan nasihat taqwa kepada kaum muslimin. Hal ini menggambarkan bahwa para pemimpin bertugas menjaga aqidah rakyatnya agar jangan mudah goyah keimanannya.
.
Sosok Pemimpin Ideal Dalam Islam
Dalam QS. An-Nisa ayat 59 Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada ajaran Islam diperintahkan oleh Al Qur'an untuk taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan juga taat kepada Ulil Amri di antara kaum muslimin.
Rasulullah selain sebagai penyampai wahyu dari risalah Allah SWT, beliau juga sebagai kepala negara yang menjalankan syariat Allah SWT.
Dalam tafsir Jalalain diterangkan bahwa maksud Ulil Amri di dalam ayat tersebut adalah para wali/gubernur. Jadi, ayat di atas dimaknai sebagai : Taatlah kalian kepada Allah, taatlah kepada Rasulullah SAW yang menjadi kepala negara kalian, dan juga kepada gubernur dan pejabat yang diangkat oleh Rasulullah SAW diantara kalian.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang taat kepadaku, berarti dia taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepadaku berarti dia durhaka kepada Allah; dan siapa yang taat kepada amirku (pejabat pemerintah/militer yang aku angkat) berarti dia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada amirku berarti dia durhaka kepadaku." (HR. Muttafaq 'alaih)
Kepemimpinan Islam telah terbukti mengantarkan umat pada masa kejayaan selama lebih dari 13 abad lamanya. Semenjak wafatnya Rasulullah SAW, hingga kemudian beralih kepada khulafaur rasyidin dan berlanjut pada para khalifah setelahnya.
Tragedi 3 Maret 1924, di saat Khilafah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Attaturk menjadikan umat Islam tidak memiliki pemimpin lagi hingga sekarang.
Sejak itulah umat Islam tidak lagi mengendalikan kepemimpinan yang menerapkan Islam secara keseluruhan.
Oleh sebab itu menjadi tugas bersama umat Islam saat ini untuk berjuang menegakkan kembali Khilafah Islamiyah dengan sosok pemimpin ideal dalam Islam (Khalifah) yang menerapkan syariat Allah Ta'ala di seluruh aspek kehidupan.
Wallahu'alam