Perceraian Akibat Media Sosial


Oleh: Zakiyah Almanaf

Era media sosial yang sedang melanda kehidupan  manusia saat ini tak ayal mendatang konsekwensi yang harus dihadapi. Media sosial yang semakin digandrungi ini disatu sisi bagaikan angin segar dalam kehidupan. Betapa tidak, dengan lahirnya era digital ini semua akses kehidupan menjadi mudah. Berbagai fitur ditawarkan, informasi dan transaksi menjadi dalam genggaman. Ada diantara penggiat sosial media menjadikan sosial media sebagai sarana mewujudkan kebaikan. Tapi tidak sedikit justru yang terperosok dalam jebakan "kemudahan".


Ibarat senjata yang memiliki dua mata pisau seperti itulah sosial media. Jika tidak berhati-hati maka bisa jadi melukai diri sendiri. Seperti halnya fenoma yang sedang viral dimasyarakat, khususnya masyarakat karawang yang terkena paparan sosial media. Sehingga berdampak rusaknya ikatan rumah tangga.


Pengadilan Agama Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mencatat kasus perceraian yang terjadi selama beberapa tahun terakhir banyak diakibatkan oleh media sosial. Ia mengatakan, sesuai dengan pembuktian dalam persidangan kasus perceraian di Pengadilan Agama Karawang, cukup banyak pasangan suam-istri bercerai karena kecemburuan yang bermula dari pertemanan di media sosial. Menurut dia, media sosial seperti facebook, instagram dan whatsApp menjadi salah satu pemicu perceraian merupakan tren baru. Karena sebelumnya, kasus perceraian kebanyakan disebabkan faktor ekonomi. AntaraNews.com



Pada Januari hingga Juli 2018 tercatat Pengadilan Agama Karawang menerima 1.201 permohonan gugat cerai. Sedangkan pada periode yang sama, Januari hingga Juli 2018, Pengadilan Agama Karawang hanya menerima 434 pengajuan cerai talak dari suami. Antaranew.com


Fenoma baru ini tentu harus segera diantisipasii. Jika terus dibiarkan, bukan hal yang tidak mungkin akan menyebabkan rusaknya tatanan kehiduapan sosial masyarakat.


Bijak Bersosial Media

Tidak dipungkiri kecintaan manusia sama yang namanya gadget kiat meningkat. Hal ini nampak dari pola hidup manusia, yang menjadikan gadget sebagai kebutuhan utamanya. Benda kecil yang ajaib ini tidak pernah bisa jauh dari si empunya. Pergi kemanapun, berada diamanapun, kapanpun gadget selalu menyertai. Bahkan saat berkumpul bersama dengan keluarga tercinta. Hanya kebersamaan fisik yang ada karena kebanyakan sibuk dengan gadget masing-masing sehingga quality time hilang diantara mereka.


Hal ini menjadi awal mula munculnya keretakan rumah tangga. Dunia maya menjadi lebih dinikmati dibandingkan realita yang dihadapi. Asiknya menghabiskan waktu di media sosial sering membuat istri atau suami lupa sekitar dan lupa kewajiban. Akhirnya banyak hal yang terabaikan. Pasanganpun tak lagi jadi perhatian. Munculah rasa saling curiga kepada pasang, yang jika dibiarkan akan berakibat serius dalam hubungan suami istri.


Selain itu, penggunaan sosial media yang tanpa batasan pun akan berdampak pada tidak terjaganya interaksi antara pria dan wanita. Pergaulan yang berlangsung di dunia maya seolah tidak membutuhkan aturan. Sehingga tidak sedikit yang terjerat dengan daya pikat lawan jenis di dunia maya. Perselingkuhanpun tak dapat dihindarkan buah dari interaksi yang kebablasan.


Dari sinilah kita dapat menyimpulkan bahwa era digital harus dihadapi dengan persiapan dan kesiapan. Ketidaksiapan dalam menggunakan media sosial nyata bisa menimbulkan bahaya berupa perceraian.


Pandai dalam menggunakan medsos bisa berbuah pahala tapi sebaliknya kekurang siapan dalam menggunakannya bisa berbuah petaka. Untuk itu diperlakukan ilmu sebagai barometer dalam bersosial media. Selain Ilmu ada beberapa faktor yang bisa menjadi rule of game agar manusia tidak terjebak dalam petaka. Yang pertama yang harus dimiliki adalah keimanan yang kokoh, iman ini yang akan menjadi kontrol dalam aktivitas manusia dalam bersosial media. Iman ini juga akan menjadi standar perbuatannya. Dengan keimanan manusia akan memahami segala hal yang dia lakukan akan ada balasan disisi Allah. Bisa jadi dia melakukan hal yang luput dari pengawasan pasangannya namun dia tiadak akan bisa lolos dari pengawasan Allah. Kesadaran akan hal inilah yang akan menjadi benteng dalam aktivitasnya di sosial media.


Kedua adanya aturan yang diterapkan oleh negara untuk memfilter akun-akun yang bisa mendatangkan madhorot bagi masyarakatnya. Selain penerapan aturan, edukasi terkait pergaulan antar lawan jenispun terus dilakukan kepada masyarakat. Baik aturan bergaul di dunia nyata maupun aturan bergaul di dunia maya. Pendidikan yang diberikan terkait aturan pergaulan ini adalah bentuk tindakan preventif untuk mencegah terjadinya perselingkuhan. Dengan edukasi tersebut diharapkan masyarakat punya filter dalam memilih pertemanan, memposting kegiatan dan berinteraksi di media sosial.


Yang terakhir adalah treatmen yang diberlakukan bagi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Penegakan hukum terkait pelanggaran atas aturan yang diberlakukan ini akan menjadi tindakan kuratif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak