Negeri Agraris, Petani Miris

Oleh : Ilma Kurnia P (Petani Muda, Anggota Revowriter)

Tepat pada hari senin 24 September 2018 akan diperingati sebagai Hari Tani Nasional (HTN) di Indonesia. Sebagai Negeri agraris Indonesia dianugerahi potensi sumber daya alam yang sangat melimpah. Ditambah lagi dengan wilayah yang strategis dari segi geografis, geologi dan seluruh aspek pendukung lainnya menjadikan Indonesia Negeri yang amat subur tak terkira. Namun segala potensi yang dimiliki sampai detik ini kedaulatan pertanian Indonesia masih juga belum mencapai titik temunya. Ditandai berbagai permasalahan dan kebijakan yang belum berpihak terhadap petani, yang merupakan pahlawan pangan Indonesia. Padahal pertanian merupakan salah satu mayoritas mata pencaharian dikalangan penduduk desa. Tetapi di beberapa daerah wilayah pertanian ini semakin sempit akibat adanya perampasan lahan pertanian yang berkedok untuk pembangunan infrastruktur, proyek konservasi, dan penataan kota tanpa kumuh. Sehingga lahan untuk budidaya tanaman pun juga semakin berkurang. Selain itu adanya kebijakan – kebijakan pemerintah yang dilkukan  mengenai impor bahan pangan dari mulai impor gula dan impor beras yang semakin membuat para petani menjadi tak berdaulat dengan hasil panennya.  

Seperti yang disampaikan wakil ketua DPR Fahri Hamzah yang menyatakan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dikendalikan “sesuatu” untuk mengimpor 2 juta ton beras. Pasalya ia menilai keputusan Kemenerian Perdagangan tidak sejalan dengan Perum Bulog (CNNIndonesia,19/9/2018). Jika kita analisis dari sini bisa jadi adanya kemungkinkan pengambilan keuntungan dari kebijakan yang dikeluarkan. Karena kebijakan ini membuktikan bahwa pemerintah tidak bepihak kepada petani yang seharusnya dimakmurkan dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung petani serta memanfaatan kearifan lokal sumber daya alamnya sehingga tujuan swasemda pangan bisa terwujud untuk pemenuhan kebutuhan pangan Nasional tanpa harus mengimpor dari luar. Untuk itu dengan adanya peringatan HTN tahun 2018 ini,  harus menjadikan semangat perjuangan melawan sistem monopoli, dan memperkuat persatuan kaum tani dan mempertinggi solidaritas antar rakyat tertindas, sehingga mampu melawan kebijakan-kebijakan ekonomi, politik yang menindas dan menghisap kaum tani. 


Islamlah Solusinya

Didalam islam pengelolaan sumber daya alam sangat diperhatikan penuh oleh Negara, karena sebagai sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Maka sudah seharusnya di Indonesia mengelola kekayaan alamnya dengan semaksimal mungkin bukan hanya mendahulukan dan mengutaman impor untuk pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Karena islam adalah rahmatan lilalamin yang memberikan rahmat kepada seluruh umat dan islamlah yang selalu berlaku adil baik untuk rakyat maupun untuk pemerintah. Inilah sistem yang ditawarkan islam dengan segala kebijakan yang selalu mengedepankan kemakmuran, karena seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Untuk itu beralihlah kepada sistem islam yang terbukti mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan. Solusi nyata bukan sekedar ilusi karena sistem islam merupakan sistem terbaik yang pernah berjaya di era Rosulullah SAW. Wallahua’lam biashsawab....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak