Oleh: Tri S, S.Si
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan menilai Tahun Baru 1440 H adalah momen untuk hijrah. Bagi setiap umat yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah akan memberikan balasan berupa kemenangan. Menurutnya, tahun baru Hijriyah ini tidak sekedar berpindahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Lebih jauh adalah bagaimana diingatkan oleh Allah dalam Alquran bahwa kalau orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah akan dibalas dengan kemenangan. Republika.co.id
Kemenangan yang didapat oleh orang yang beriman lalu melakukan hijrah dan jihad akan mendapat dua hal secara bersamaan. Selain kemuliaan dari Allah, juga hubungan secara horizontal sesama manusia yang membaik.
Amirsyah menilai jika seseorang telah berhijrah, ia dapat menciptakan interaksi sosial yang dinamis dan kondusif, ini baik untuk menciptkan suasana harmonis antarsesama anak bangsa di Indonesia.
Memasuki tahun politik, ia menyebut hijrah penting untuk dilakukan. Hijrah diartikan dalam menghadapi situasi politik yang lebih kondusif dan damai. Boleh terdapat perbedaan pilihan, tapi harus tetap satu tekad dalam memperkuat ukhuwah. Politik tidak menghentikan umat Islam dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah kemanusiaan, dan ukhuwah insaniyah. Tiga hai ini bisa dijadikan perekat dalam memaknai hijrah dan mempersatukan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Ia meminta umat untuk menanyakan pada hati nurani dan diri sendiri untuk pilihan politiknya. Persatuan dan kesatuan hanya bisa dilaksanakan ketika ada kesadaran kolektif dari anak bangsa. Ini hanya bisa dilakukan melalui sikap hijrah untuk melaksanakan yang terbaik dari yang baik, serta mininggalkan yang buruk.
Namun, bagaimanakah makna hijrah yang hakiki? Sebagai muslim yang baik, kita seharusnya betul-betul memahami apa makna hakiki dibalik peristiwa hijrah yang kemudian dijadikan sebagai penanggalan tahun untuk umat Islam yakni tahun Hijriah. Bukan hanya sebatas perayaan seremonial setiap akan memasuki tanggal 1 Muharram sebagai pertanda mulai masuknya tahun baru Islam.
Umat Islam seharusnya melakukan muhasabah dan berupaya agar perpindahan tahun baru Islam itu menuju perpindahan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik tentunya yang dimaksud disini adalah kehidupan yang dibangun dengan berpijak kepada syariat Islam. Sehingga kehidupan di tahun yang baru lebih baik dari kehidupan tahun sebelumnya.
Relevansinya di kehidupan sekarang dalam konteks Hijrah adalah hijrahnya seorang muslim dari kehidupan sistem sekuler menuju kepada sistem Islam. Jika tidak, maka yang terjadi hanyalah perpindahan tahun saja ( atau hanya memasuki tahun baru Islam tanpa ada perubahan riil) tanpa diikuti dengan perpindahan kehidupan. Karena kehidupan diatur oleh sistem yang dijalankan di negeri tersebut, maka jika ingin memiliki kehidupan yang baik, harus menuju kepada sistem yang baik, dan sistem yang baik adalah yang bersumber dari dzat yang maha baik Dia-lah Allah swt. Dan Islam adalah sistem kehidupan yang telah Allah swt turunkan kepada Nabi Muhammad saw, untuk mengatur seluruh hubungan manusia, baik hubungan manusia dengan penciptanya yakni dalam perkara aqidah dan ibadah, kemudian hubungan manusia dengan sesama nya dalam perkara muamalah dan ‘uqubat , serta hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri yakni dalam perkara akhlaq, makanan, pakaian dan minuman.
Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan Islam, sebuah sistem yang berfungsi untuk menjalankan hukum syariat Islam. Sistem pemerintahan yang diwariskan oleh Rasulullah saw kepada para penerusnya yakni para khalifah. Dimana dengan sistem tersebut kurang lebih selama 13 abad lamanya umat Islam berhasil menjadi umat yang terbaik (khoiru ummah) sebagaimana yang dipredikatkan oleh Allah swt dalam firmanNya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (TQS Ali Imron: 110)
Namun sayang, predikat sebagai khoiru ummah tersebut sekarang hanyalah predikat tanpa bukti yang nyata. Kalau kita lakukan pengamatan secara sekilas saja, tentu kita melihat bahwa umat ini bukan lagi menjadi khoiru ummah, melainkan umat yang dihinakan, bahkan disebut sebagai dunia ketiga. Umat ini dihinakan oleh sistem kapitalis-sekuler yang di bawa oleh barat. Sehingga seluruh aspek kehidupan umat Islam diatur oleh kehidupan sekuler tersebut.
Oleh karenanya, tahun baru Islam yakni tahun baru Hijriah, hendaknya menjadi momentum hijrah agar seluruh kaum muslim dari berbagai lapisan masyarakat menjadikan tahun hijriah sebagai tahun untuk berusaha berpindah menuju ke kehidupan yang diatur oleh syariat Allah swt secara kaffah. [Tri S]
(Penulis adalah Pemerhati Perempuan dan Generasi)