Anak adalah anugerah. Setuju? Sudah pasti, anugerah yang diamanahkan dari Sang Khaliq pada makhluk yang dikehendaki-Nya. Itu sebabnya kelahiran bocah biasanya disambut dengan rasa syukur yang tak terhingga. Disayang, dijaga dan dimuliakan serta didoakan seperti lirik lagu di atas. Hingga tumbuh besar dan menjadi aset bagi orang tuanya dunia akhirat.
Namun entah iblis mana yang berbisik di telinga para pelaku hingga tega membuang bayi yang baru dilahirkan. Astaghfirullah, satu per satu kasus pembuangan bayi di kota Kendari pun mengemuka. Yang terbaru, mengutip dari akun facebook resmi Polsek Poasia, sesosok bayi perempuan ditemukan di Lorong Jambu Kelurahan Anduonohu Kendari pada pukul 19.30 Wita, Minggu (23/9/2018). Saat ditemukan, bayi masih dalam kresek dan hanya terbungkus kain sarung batik tergeletak di bawah pohon rambutan.
“Iya, telah ditemukan bayi perempuan. Tadi ditemukan oleh seorang warga saat sedang istrahat dan mendengar suara bayi menangis..," ungkap Kapolsek Poasia, Kompol Arfah, A.Md.
Beberapa waktu lalu Keysha, warga Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, juga tak pernah bermimpi sebelumnya akan menemukan bayi. Diletakkan dalam sebuah kardus. Sontak bikin penduduk geger. Syukurnya masih dalam kondisi sehat dan hidup.
Meski sempat terpantau dari rekaman kamera CCTV, seorang tak dikenal menyimpan sebuah kardus di halaman Panti Asuhan Al Ikhlas Baruga namun pelakunya belum bisa dipastikan. (sultrakini.com,2018).
Tercabik hati kita menyimak kasus di atas. Mengingat hal tersebut terjadi di kota dengan slogan Bertakwa. Dua kasus yang menambah catatan panjang nan kelam bayi-bayi tak berdosa yang tak diinginkan. Sudah pasti kita berharap agar fenomenanya tak seperti gunung es. Sedikit yang terekspos, lebih banyak yang tidak. Sebab jauh sebelumnya, peristiwa serupa terjadi pula di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu. Saat itu jasad bayi perempuan ditemukan dalam kantong plastik. Teronggok di antara tumpukan sampah. Dibungkus dalam kresek berwarna merah. (tribunnews.com,2013).
Tak ayal merajuk sejumlah tanya. Bila pelakunya adalah muda mudi yang terjebak dalam pergaulan yang salah, dan enggan bertanggung jawab, ke mana gerangan perginya naluri keibuan sang ibu? Bila cemas akan rezeki, bukankah rezeki semata dari Allah?
Sekularisme; biang kerok!
“Jangan bawa-bawa agama, “”Agama tempatnya di masjid bukan di sini.” Sering mendengar pernyataan tersebut di atas? Bila ya, selamat datang di negeri kita yang sekuler. Sekaligus salam sukses karena berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Tak diragukan lagi, bila aturan agama (baca: Islam) dipisahkan dari sistem yang mengatur kehidupan maka terjadi yang namanya sekularisasi. Manifestasi dari paham sekularisme. (wikipedia).
Hingga ketika yang datang dari Tuhan dipinggirkan, tak pelak hawa nafsu datang menggantikan. Memang, tak semua agama mempunyai aturan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti Kristen, Yahudi, Budha, Hindu dan sebagainya, tetapi tidak dengan Islam. Agama yang dipeluk mayoritas penduduk negeri ini.
Maka kebebasan yang tak peduli halal haram hingga lenyapnya kemanusiaan pun meretas jalan keluar. Terpampang lewat pergaulan bebas, gaya hidup hedonis serta materialistis. Zina merajalela. Muda-mudi menjalin hubungan tanpa ikatan. Mereguk kenikmatan haram tapi enggan menanggung risiko.
Ujungnya tergoda bujukan setan mengambil jalan pintas, mengorbankan makhluk tak berdosa.
Parah. Utamanya lagi sekularisme juga menggerus keyakinan dalam benak alias iman. Yakin akan pahala dan dosa, rasa takut akan azab Sang Pencipta perlahan bergeser dari benak umat. Di lain pihak, kekhawatiran akan masa depan, rezeki dan jodoh lambat laun menguat. Seakan tak lagi cukup menjadikan Allah azza wa jalla tempat bergantung, satu-satunya tempat memohon dan meminta pertolongan.
Parah. Utamanya lagi sekularisme juga menggerus keyakinan dalam benak alias iman. Yakin akan pahala dan dosa, rasa takut akan azab Sang Pencipta perlahan bergeser dari benak umat. Di lain pihak, kekhawatiran akan masa depan, rezeki dan jodoh lambat laun menguat. Seakan tak lagi cukup menjadikan Allah azza wa jalla tempat bergantung, satu-satunya tempat memohon dan meminta pertolongan.
Benarlah bila Majelis Ulama Indonesia (MUI) memfatwakan haramnya sekularisme. Berikut kutipannya, “Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme agama.” (Fatwa MUI,eramuslim).
Islam sejatinya fitrah!
Manusia diciptakan memiliki fitrah yang sama. Yaitu sama-sama membutuhkan satu dengan yang lain, lemah dan tidak berdaya. Sehingga mutlak butuh akan adanya aturan. Yang mengatur kehidupan manusia berjalan harmonis satu dengan yang lainnya.
Dengannya mustahil manusia kehilangan arah atau bahkan kehilangan jati diri sebagai manusia sedang hewan yang ganas saja tak sanggup menelantarkan anaknya. Allah swt. mengisyaratkan melalui firman-Nya pada Rasulullah saw., “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar-Ruum:30).
Demikian jelas dan terang benderang bahwa memisahkan aktivitas selama hidup dengan aturan Allah ibarat menggarami lautan. Hal yang mustahil tepatnya. Lebih tegas lagi dinyatakan di ayat berikut,
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Imran [3] : 85)
Jelas Islam is the way of life, ibarat kompas yang setia menunjukkan arah yang benar tak peduli meski akal dan hawa nafsu bicara yang sebaliknya.
Islam dengan syariatnya merupakan syariat Allah Dzat Maha Bijaksana bagi semua manusia yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, dirinya sendiri dan sesama manusia. Demi meraih keridhoan Allah swt. dan jannah al-firdausy.
Bila tak ingin kasus demi kasus berulang terus menerus berarti saatnya bagi kita mencampakkan sekularisme dan kawan-kawannya dalam tong sampah peradaban.
Sebagai gantinya mengambil Islam kaffah dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan. Termasuk mengadopsi aqidah Islam dalam kurikulum di semua level pendidikan. Melalui penerapan aqidah dan syariat ini lahir generasi cemerlang tumpuan umat. Tangguh , cerdas dan berkeyakinan kepada Allah sekokoh karang bahkan lebih kokoh lagi.
Kasus buang bayi dengan sendirinya akan minim, bahkan tak ada. Sekali lagi mereka , generasi terbaik yang dengan lantang akan berkata, “Say No to zina, No to drugs and No to Secularism! Dan berteriak sebaliknya “Islam, Yes! Kaffah, Yes!”. Wallahu a’lam.
Wd. Deli Ana
(Pendidik)