Oleh: Ari windarti
Pegiat dakwah, tinggal di Bandung
Tauhid adalah inti semua risalah yang dibawa oleh para nabi dan rasul ke alam dunia. _Tauhidullah_ (tauhid kepada Allah) adalah inti agama yang mereka bawa.
Allah SWT berfirman : "Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada dia bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku. Karena itu sembahlah Aku oleh kalian." (QS al-Anbiya (21) 25).
Islam adalah agama yang dibangun di atas tauhid. Kalimat dakwah pertama yang disampaikan kepada umat manusia oleh Nabi SAW adalah ajakan mengesakan Allah SWT dan mengakui dirinya sebagai utusan Allah SWT.
Mentauhidkan Allah bukan semata mengakui Dia sebagai Dzat Yang Maha Pencipta. Tetapi juga mengesakan Allah SWT sebagai Dzat yang wajib disembah.
Islam datang untuk membongkar kebatilan akidah umat manusia sepanjang masa, pada saat _Ahlul kitab_ yang meyakini Isa Almasih sebagai bagian dari Tuhan, atau Kaum Yahudi yang mempercayai Uzair sebagai anak Tuhan.
Islam mengajak mereka untuk beribadah dan taat hanya kepada Allah SWT. Berkat kalimat tauhid umat manusia dibebaskan oleh Islam dari penyembahan kepada sesama mahluk. Mereka hanya tunduk dan taat kepada Allah SWT. Mush'ab bin Umair RA meninggalkan kemewahan hidupnya dan kasih sayang kedua orang tuanya demi memilih berada di barisan pendukung kalimat tauhid. Ia rela hidup sederhana bahkan nyaris kekurangan daripada kembali dalam kemewahan namun bergelimang kekufuran dan kesyirikan.
Karena kalimat tauhid pula Bilal bin Rabbah RA sanggup menahan terik padang pasir yang membakar punggungnya dan beratnya batu yang ditimpakan di atas dadanya saat disiksa oleh majikanya, Umayyah bin Khalaf, seraya bibirnya terus menggumamkan kalimat tauhid _'Ahad... Ahad!'._
Pemahaman tauhid yang benar akan membuat orang yang lemah menjadi kuat. Tauhid sejatinya melahirkan ketaatan mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Tauhid juga meniscayakan bahwa pembuat hukum yang wajib ditaati hanyalah Allah SWT. Dialah sebaik-baik pembuat aturan bagi manusia.
Selain itu Allah juga mengecam orang yang mengada-adakan hukum dengan menyatakan halal haram untuk membatalkan hukum Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT "Janganlah kalian mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta, 'ini halal dan ini haram ' untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, sungguh orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung". (QS an-Nahl (16) 116).
Ketaatan pada hukum Allah adalah refleksi tauhid seorang muslim. Ia tidak akan menjadikan Syariah Islam sebagai perkara yang boleh dipilih sesuka hati. Ia memahami bahwa memilih Syariah Islam adalah kewajiban. Ia pun akan menjauhkan diri dari sikap sombong dan meremehkan hukum-hukum Allah.
Maka tak ada hukum atau aturan yang wajib ia laksanakan selain aturan Allah SWT atau Syariah Islam.
_Wallahu a'lam bi shawab_.