KISRUH PANGAN DI NEGERI ZAMRUD KHATULISTIWA
( Oleh: Isnawati )
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Setiap tahun media masa menyuguhkan kisruh beras dimana dari tahun ketahun masalah pangan ini tak dapat diselesaikan secara tuntas. Banyak modus yang terjadi untuk melindungi diri demi meraup keuntungan diantaranya, pada musim panen berlangsung penguasa mendorong impor sehingga menghancurkan harga. Para spekulan menyimpan stok di gudang pangan mereka, sebaliknya pada saat musim paceklik harga pangan dinaikkan hingga mendapat keuntungan yang sangat besar.
Akhir-akhir ini masalah impor beras kembali menjadi perbincangan setelah kepala Bulog Budi Waseso atau akrab dipanggil Buwas tak mau lagi menerima beras impor. Pasalnya gudang--gudang di Bulog sudah penuh. Perbedaan data antara Kementerian Pertanian ( KEMENTAN ), Kementerian Perdagangan ( KEMENDAG ), Badan Usaha Logistik ( BULOG ), dan Badan Pusat Statistik ( BPS ) menyebabkan saling silang pendapat. Republika.co.id ( 21 September 2018 ).
Peran Bulog sendiri hanya sebagai penentu serta pengendali harga beras dan gabah itupun sangat lemah karena terbatas dalam pengadaan beras saja sedangkan korporasi lebih fleksibel bergerak karena berkuasa penuh atas sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan pun bebas membeli atau menjual barang dengan harga murah maupun mahal. Artinya kondisi pangan saat ini ditentukan oleh pemain kartel, mereka mempunyai stok pangan sebagai penentu dan pengendali harga. Kelemahan data yang dimiliki pemerintah tentang produksi pangan berakibat kebijakan yang diambil sering kurang tepat sasaran termasuk dalam hal impor, justru mafia pangan lebih menguasai kondisi produksi dan konsumsi pangan.
Harapan rakyat khususnya petani supaya bisa mengendalikan kebutuhan pangan sesuai dengan harga domestik dan terintegrasi secara sempurna guna mencapai harga internasional hanya tinggal harapan. Solusi cepat dan praktis dengan mengimpor menjadi jalan keluar.
Padahal jika salah satu ketahan suatu negara goyah terutama ketahanan pangan maka lemah pulalah seluruh kekuatan negara tersebut yang berakibat tenggelamnya suatu negara. Kelaparan dan kemiskinan membawa segenap konsekwensi. Keunggulan ketahanan dalam bidang yang lain tanpa ditunjang ketahanan bidang yang lain tentunya akan terseok-seok sebab antara ketahanan yang satu berkaitan dengan ketahanan bidang yang lain.
Zamrud Khatulistiwa adalah sebutan bagi negeri ini karena tongkat, kayu dan batu jadi tanaman, orang bilang tanah kita tanah syurga begitu lirik lagu dari koes plus mengungkapkan kekayaan negeri ini. Subur dan indah alamnya menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi apalah artinya kekayaan yang melimpah tanpa kedaulatan pengaturan dan pendistribusian yang benar tentu tidak akan mampu menjaga apalagi mempertahankan diri dari kekuatan negara lain.
Kebijakan impor yang diambil negeri ini dengan tujuan memenuhi kebutuhan rakyat menyebabkan ketergantungan pada negara lain dan berakibat kekuatan bangsa lain bisa melemahkan bahkan menjajah negeri ini dari semua sisi seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Gerakan melawan para mafia pangan tidak cukup hanya melalui pendekatan secara komperhenshif saja atau dengan solusi mengadakan beras sasetan dan meningkatkan produksi saja tetapi harus berani bergerak mengadakan perubahan semua sisi. Memainkan suplai dan harga pangan adalah tindakan kriminal yang mengancam ketahanan suatu negara.
Kartel pangan, mafia pangan atau impor pangan adalah musuh bersama yang menyuburkan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menyebabkan kekisruhan yang tak terpecahkan di negeri yang diberi julukan negeri Zamrud Khatulistiwa.
Kebutuhan pokok termasuk pangan merupakan kewajiban negara untuk menjamin dan memenuhinya karena negara adalah perisai bagi rakyatnya dalam kondisi apapun. Peningkatan dan pendistribusian yang adil merupakan pilar yang harus terpecahkan sehingga masalah pengkhianatan yang ada pada kartel atau mafia pangan dan impor tidak terjadi lagi dan itu hanya bisa terwujud dengan menerapkan peraturan Islam secara menyeluruh dan Rahmatan lil alamin akan terwujud di bumi Zamrud Khatulistiwa ini.
Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, sedangkan pengkhianat yang paling keji adalah pengkhianatan seorang pemimpin. ( Ali bin Abi Tholib ). Wallau a´ lam biasswab.