Oleh : Jalila Syarif, S.Pd.
(The Voice Of Muslimah Papua Barat)
Sobatfillah, akhir-akhir ini kita sering menemukan fenomena yang aneh bin ajaib. Pasalnya masih ada yang takut alias phobia dengan yang namanya politik apalagi dengan politik Islam. Salah satu contohnya dengan gerakan #2019GantiPresiden, gerakan ini dituduh makar dan ditunggangi oleh ormas Islam bernama HTI, hanya dengan alasan bahwa HTI adalah ormas Islam yang selalu masif ngomongin politik. Padahal katanya HTI sudah dibubarin. Lah, koq ditakuti ya? Apalagi sampai asal tuduh gt?
Tambah lagi, beberapa waktu lalu UAS alias Ustadz Abdul Somad ditolak ceramahnya dibeberapa wilayah padahal rencana ceramahnya sudah terjadwal. Macam-macam alasan disampaikan oleh pihak yang menolak ceramah UAS. Bahkan kepolisian pun meminta agar UAS tidak berceramah yang kaitannya dengan politik. Koq tambah takut bin banget ya dengan politik?. Ada apa sih dengan politik? Koq sampe ditakutin gt ya?
Yuk telusuri, kenapa politik Islam dilarang untuk disampaikan
Sobatfillah, sejatinya jika politik Islam dipahami dengan benar oleh ummat maka mereka akan memahami apa yang bakal mereka lakukan. Pemikiran dan perasaan ummat Islam bakal bangkit. Jiwa mereka akan berkembang, dan pikiran mereka bakal tercerdaskan dengan Islam.
Hal ini telah terbukti, karena apabila ummat memahami politik Islam dengan benar maka mereka akan peduli dengan urusan kaum kuslimin lainnya. Mereka akan memahami tentang pentingnya persatuan kaum muslimin dalam aqidah Islam. Mereka pun akan memahami bagaimana seharusnya tanggungjawab negara dalam mengelola urusan negara dan bagaimana tanggung jawab negara mengurusi urusan rakyatnya. Jika ummat paham betul dengan hal ini, maka ini akan membuat takut penguasa zalim, karena kejahatan mereka bakal ketahuan dan dengan mudah dibongkar oleh rakyatnya sendiri.
Politik Menurut Islam
Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan bahwa politik adalah ri’ayatusy syu’unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan bi hukmin mu’ayanin (pengaturan urusan ummat di dalam negeri dan luar negeri, dengan hukum tertentu). Kalau kita ngomong soal Islam, maka pengaturan urusan ummatnya menggunakan aturan Islam.
Nah, adapun pengaturan urusan ummat tidak melulu urusan pemerintahan seperti pemahaman banyak orang selama ini, melainkan pengaturannya termasuk di dalamnya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima’i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain. Hal ini telah lama diatur dalam Islam sejak pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mendirikan pemerintahan Islam di Madinah Al Munawwarah, lalu dilanjutkan oleh generasi Khulafa ar-Rasyidin, Tabi’in, Tabiut Tabi’in, salafus shalih sampe terakhir di Turki. Sepanjang rentang waktu itu, masyarakat dan negara diatur oleh Islam. Sayangnya, sejak tanggal 3 Maret 1924, yakni saat Musthafa Kemal at-Taturk laknatullah alaih, pria jahat dan ambisius keturunan Yahudi menghancurkan pemerintahan Islam di Turki atas bantuan agen-agen Inggris, sejak itulah Islam tidak lagi diterapkan sebagai sebuah ideologi negara sampai sekarang.
Akibat kehancuran ini, maka pemuda dan pemudi Islam masa kini tidak dapat memahami Islam sebagai sebuah ideologi negara. Generasi Islam saat ini cuma mengenal dan memahami Islam sebagai ibadah ritual belaka. Jadinya, mereka nggak ngeh kalau Islam itu adalah sebuah ideologi. Sulit sekali bagi mereka untuk memahami istilah politik dalam pandangan Islam. Kalau sudah seperti ini, maka tentu mereka pun nggak bakalan sadar dengan politik.
Sobatfillah, kini upaya musuh-musuh Islam menjauhkan umat Islam dari politik mulai menuai hasil. Walau, tidak semua terpengaruh, tetapi kebanyakan sudah mulai alergi dengan istilah poilitik dan bahkan jadi nggak peduli alias cuek bebek. Ada juga yang menolak mentah-mentah dengan berbagai alasan, salah satunya karena takut di-bully atau dipersekusi oleh pihak yang memusuhi Islam. Akibatnya, ya banyak yang cuma ngamalin Islam di bagian bab ibadah belaka. Kesannya jadi hanya ritual doang. Padahal, ini sangat bahaya sob.
Ketika Islam hanya dijadikan sebagai ‘ritual belaka’
Sobatfillah, ketika Islam hanya sekedar dijadikan dan dipahami sebagai ibadah ritual belaka, maka akibat dari dampaknya akan ada. Pertama, hilang kekuatannya. Yup, Islam jadi hilang kekuatannya. Karena apa? Karena kita hanya memahami Islam sebagai ibadah ritual belaka. Maka, dalam kurikulum di sekolah aja, perasaan dari dulu pelajaran agama cuma 2 jam pelajaran dalam seminggu. Jadi wajar aja kalo materi yang dibahas juga hanya seputar akidah, fikih (itu pun sebatas sholat, puasa, zakat, haji, dan paling banter soal pernikahan), ditambah pelajaran sedikit tentang ilmu waris. Padahal, Islam tuh luas banget bahasannya sob.
Sobatfillah perlu tau nih bahwa sungguh musuh-musuh Islam bakalan senang kalau kita cuma sekedar mikir ibadah ritual semata, karena hal ini nggak bakalan mengusik kehidupan rusak mereka. Justru kalau Islam dipahami sebagai ideologi, musuh-musuh Islam bakalan mikir seribu kali dan nggak berani untuk melawan Islam. Tapi, kalau kita cuma betah ngendon di masjid, sarungan mulu, dan menghindarkan diri dari politik (akidah siyasiyah), maka musuh-musuh Islam senang banget. Dan inilah bentuk kekalahan kita, karena Islam jadi hilang kekuatannya.
Kedua, turun derajat deh. Loh koq bisa? Iya.. Karena kalau kita hanya memahami Islam sebagai ibadah ritual aja, itu udah menurunkan level kita ke derajat yang rendah. Lihat saja, sekarang yang maksiat banyak banget. Mengapa kaum Muslimin banyak yang maksiat? Karena mereka barangkali memahami bahwa Islam nggak punya aturan yang tegas untuk masalah dunia.
Apalagi ketika mereka melihat dalam sistem sekarang (Kapitalisme-Sekularisme) justru diberikan kebebasan orang berbuat apa saja asalkan nggak merugikan orang lain. Kalau pun merugikan orang lain, hukumannya nggak tegas, bisa dibeli dengan uang. Akhirnya, para pencuri ayam tetap jalan, yang korupsi juga anteng saja, kenapa? Karena kalau pun ketahuan, hukum bisa dibeli dengan uang. Andai saja kebetulan tetep dihukum, hukumannya pun juga nggak sebanding banget dengan kejahatannya.
Contohnya saja kasus pembunuhan. Kejahatan ini cuma diganjar hukuman penjara (jumlah tahunnya tergantung model pembunuhannya). Itu sih nggak bikin kapok, apalagi meski dipenjara tetap bisa makan dan minum dengan gratis dan mungkin melihat televisi dan ‘nyari ilmu’ tambahan dari olah TKP atau reka ulang di tayangan seputar kriminalitas di televisi. Jadi jelas banget, ini menurunkan manusia (termasuk di dalamnya kaum muslimin) ke level yang rendah banget, sampai disamain dengan binatang ternak. Na'udzubillahi min dzalik.
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Quran (yang artinya): “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raaf [7]: 179)
Ketiga, kaum muslimin tak berdaya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Akan datang suatu masa, dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu-padu mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka”. Salah seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak! Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan (yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa takut kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di dalam hati kalian ‘wahn’”. Seorang sahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ itu?” Dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, “Cinta kepada dunia dan takut (benci) kepada mati.” (at-Tarikh al-Kabir, Imam Bukhari; Tartib Musnad Imam Ahmad XXIV/31-32; “Sunan Abu Daud”, hadis No. 4279)
Nah, akibat hanya memahami Islam sebagai ibadah ritual belaka, maka kaum Muslimin jadi nggak berdaya. Kenapa? Karena ketika Islam dipahami sebagai ibadah ritual belaka, hanya untuk ngurus individu masing-masing aja, maka pasti dijamin nggak bakalan ada semangat untuk memahami Islam sebagai agama yang harus disebarkan kepada seluruh ummat manusia, nggak tergerak pula untuk berusaha memperjuangkan Islam sampai titik darah penghabisan.
Sebaliknya, kalo dipahami bahwa Islam bukan hanya akidah ruhiyah, tapi sekaligus akidah siyasiyah, maka akan ada semangat dan keinginan untuk menyebarkan lagi akidah Islam ini ke seluruh penjuru dunia. Karena sudah memahami bahwa satu-satunya agama yang mampu menyelesaikan berbagai problem kehidupan adalah Islam.
Keempat, musuh Islam bersorak gembira. Ibarat main sepakbola, kalau seluruh pemain kita loyo dalam menghadapi lawan dalam pertandingan tersebut, sudah pasti lawan akan sangat senang, apalagi didukung suporter lainnya. Dijamin kita bakalan jadi bulan-bulanan. Yaa, ini karena kita tidak berdaya.
Kondisi yang dialami kaum Muslimin saat ini, tentu membuat gembira musuh-musuhnya. Nggak usah capek-capek memerangi karena banyak di antara kaum muslimin udah nggak bertenaga dan bahkan mengadopsi apa yang diajarkan oleh mereka. Permisifisme dan hedonisme adalah budaya Barat, tapi kini diamalkan juga oleh kaum Muslimin. Nah, mereka senang nggak tuh sob? Tentu mereka sangat senang bahkah bersorak gembira dengan kondisi ini.
Sobatfillah perlu tau bahwa Islam tuh keren banget sebagai ideologi, cuma sayangnya banyak umat Islam yang nggak tahu. Bahkan ada yang mencoba mengambil manfaat dari budaya Barat secara total. Ini kan aneh. Duh, kalo gitu, makin seneng aja tuh musuh-musuh Islam. Benar kata Muhammad Abduh, “Al Islamu mahjubun bil muslimin (agama Islam terhalangi oleh kaum muslimin). Yup, cahaya dan keagungan Islam pudar oleh perbuatan umatnya sendiri. Sedih banget deh dengarnya sob.
Oleh karena itu sobatfillah. tentunya kita sangat berharap agar kaum Muslimin (khususnya remaja) segera nyadar. Kita ini hebat, tapi karena kita kebanyakan nggak memahami Islam sebagai ideologi, cuma tahu Islam tuh ngurus ibadah ritual belaka, maka akibatnya kita jadi lemah, tak berdaya, hilang kekuatannya, dan tumbuh subur kemaksiatan dalam kehidupan kita. Kondisi ini bikin musuh-musuh Islam senang bin bangga. Itu sebabnya, mereka khawatir kalau ummat Islam memahami politik Islam dengan benar.
So, mereka yang takut politik Islam, akan berusaha terus untuk melemahkan kaum muslimin dengan cara menjauhkannya dari ajaran Islam yang paripurna. Untuk itu sob, rugi banget dah kalau kita hanya memahami Islam sebatas ritual belaka.
Ayo kita move on alias bangkit untuk memahami Islam yang sesungguhnya, yaitu memahami Islam sebagai ideologi kaum muslim yang menjadi standar tolak ukur dalam menjalani hidup ini. Dan tentunya dengan memahami Islam ideologi ini maka kita akan mau dan mampu untuk berjuang menegakkannya. #YukNgaji #YukDakwah. Wallahu 'alam bishowab.