Oleh: Nur Fitriyah Asri
Akademi Menulis Kreatif
Bakal Cawapres KH Ma'ruf Amin dihadapan caleg nasdem menyatakan jika terpilih akan membantu untuk menerapkan Nawacita jilid II. Agar Negara pada tahun 2024 tidak lagi disibukkan oleh konflik-konflik ideologi. Oleh karena itu kita harus memantapkan Islam Nusantara yang berkemajuan. Pernyataan seorang ulama yang menjadi rujukan umat Islam sangat berbahaya dan tidak seharusnya berkata begitu karena justru akan membingungkan dan menyesatkan umat karena menyalahi konsep/pengertian Islam hakiki.
Pada Juni 2015, Presiden Joko Widodo telah secara terbuka memberikan dukungan kepada Islam Nusantara yang merupakan bentuk Islam Moderat yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal, sehingga dianggap cocok dengan nilai budaya Indonesia (Id,m.wikipedia.org).
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dalam acara pembukaan Munas Ulama NU di Masjid Istiqlal, Ahad (14/06/2018) mengatakan NU akan terus mengawal Islam Nusantara. Islam Nusantara yaitu Islam yang ramah, anti radikal, inklusif dan toleran, berbeda dengan yang disebutnya sebagai Islam Arab yang selalu konflik dengan sesama Islam dan perang saudara (BBC News Indonesia-BBC.com).
Islam Nusantara, dengan pemberian embel-embel nusantara akan menghilangkan makna Islam, justru terjadi distorsi. Karena Islam itu sendiri maknanya sudah komprehensif dan sempurna untuk rahmatan lil alamin.
Islam Nusantara pada dasarnya adalah bagian dari sekulerisme pemikiran Islam yang telah digelorakan sejak tahun 80 an oleh Nurcholis Masjid, di dalam bukunya "Islam Kemodernan dan KeIndonesiaan"(Mizan, 1987) menyerukan untuk membangun Islam inklusif yang bersifat terbuka dan toleran terhadap ajaran agama lain dan budaya keIndonesiaan. Ini persis dengan argumentasi pengusung Islam Nusantara yang mempropaganda
keterbukaan dan toleransi terhadap agama dan budaya nusantara.
Ini merupakan bukti bahwa upaya sekulerisasi terhadap Islam tidak pernah berhenti, terus berlanjut hingga kini. Buku-buku yang memprogandakan sekulerisme, pluralisme, liberalisme juga terus diterbitkan, diantaranya adalah buku " Membela Kebebasan Beragama" yang diterbitkan oleh LSAF dan paramadina 2010. Pada buku tersebut dituliskan bahwa ketiga paham yakni sekulerisme, pluralisme, liberalisme wajib dikembangkan di Indonesia sebagai prasyarat mutlak tegaknya demokrasi di Indonesia. Padahal ketiganya itu telah difatwakan haram oleh MUI.
Allah berfirman "Tidak akan ridha orang-orang Yahudi dan Nasrani hingga kalian mengikuti (agama) mereka. Katakanlah ' Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar'. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu" (QS Al Baqarah 120).
National Intelligence Council (NIC) adalah salah satu lembaga intelegen yang dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat, yang menyimpulkan bahwa pada tahun 2020 akan berdiri kembali Khilafah Islamiyah. Sehingga segala daya dan upaya dikerahkan untuk membendung tegaknya kembali Khilafah.
Orang-orang kafir imperalis beserta antek-anteknya begitu membenci Khilafah dengan memberikan citra negatif, memfitnah dan menuduh bahwa Khilafah menjadi penyebab terpecah belahnya suatu bangsa dan membahayakan Negeri-negeri muslim. Sejatinya yang membuat Negeri-negeri muslim bergejolak tidak lain karena strategi devide et impera yang mereka lakukan dengan ambisinya untuk melanggengkan cengkeramannya.
Ide Islam Nusantara berpotensi besar untuk memecah belah kesatuan kaum muslim. Antar negeri muslim akan dipecah belah melalui isu kedaerahan, ada Islam Nusantara, Islam Timur tengah, Islam Eropa dan lain sebagainya. Ini merupakan politik belah bambu atau devide et impera yang merupakan strategi penjajah untuk melemahkan kaum muslim. Mereka telah mengkotak-kotak dan melabeli: modernis-tradisional, radikal-moderat, spiritual-politik, kultural-struktural. Selanjutnya mereka memberikan dukungan baik opini maupun dana pada kelompok liberal, moderat yang pro Barat-AS dan sebaliknya akan menyempitkan ruang politik dan publik bahkan memberangus bagi mereka yang pro syariah dan khilafah.
Strategi barat dalam upayanya menghalangi penegakan Khilafah dengan beberapa cara diantaranya dengan:
1. Pendekatan lembut (soft approach) dengan menyebarkan ajaran kapitalis, demokrasi, HAM, sekulerisme, pluralisme, liberalisme, nasionalisme di Negeru-negeri Islam.
2. Pendekatan keras (hart approach) dengan pilitik devide et impera, mengadu domba dan memecah belah umat Islam.
3. Pendekatan hukum (law/legal approach) dengan menciptakan undang-undang anti diskriminasi, UU Keormasan, UU anti terorisme, UU ITE (mediaumat.com/www.globalmuslim.web.id)
Karena itu kaum muslimin harus menyadari, bahwa kelompok-kelompok liberal yang eksis saat ini tidak lebih dari mesin politik untuk kepentingan penjajah AS dan sekutunya.
Orang-orang liberal penggagas dan pejuang Islam Nusantara berkedok semboyan memajukan Islam, berusaha menyeret generasi muslim menjadi peluru penjajah. Kucuran dana yang besar dari penjajah cukup ampuh membius akal dan nurani mereka.
Miris, Islam Nusantara dipakai sebagai alat penjajah Barat untuk menghalangi tegaknya Khilafah. Mereka membabi buta, orang-orang tersebut telah menyerang agamanya sendiri, memposisikan dirinya sebagai musuh Allah dan Radulullah SAW.
Menyadari begitu massifnya orang-orang kaffir memusuhi Islam dan umatnya, tidak akan berhasil. Mereka membuat makar, Allah akan membalas makar mereka, Allah sebaik-baik pembuat makar ( QS Ali Imran 54). Mereka tidak tahu bahwa umat Islam mempunyai akidah yang kuat dan menyakini suatu saat akan dimenangkan Allah.
Allah berfirman "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar menukar (keadaaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik" (QS An Nur 24: 55).
Maha benar Allah dengan segala firmanNya.
Wallahu a'lam bish Shawab.