Oleh : Hana Rahmawati
Beberapa waktu yang lalu, dunia remaja sempat dihebohkan dengan sesosok pemuda yang tiba-tiba menjadi tenar melalui aplikasi tik-tok. Bowo tik-tok, seorang remaja yang tiba-tiba menjadi idola dikalangan kawula muda-mudi. Jauh sebelumnya kalangan remaja pun sempat di warnai dengan mendadak tenarnya sinta-jojo si keong racun. Masih ingat? Ya, kedua remaja putri yang mendadak viral karena mengunggah gaya lip sync di channel youtube. Dan masih banyak lagi idola-idola para remaja yang justru salah ruang dan tujuan.
Mengapa dikatakan demikian? Karena para remaja saat ini justru seperti kehilangan jati diri yang sesungguhnya saat ia mengidolakan sosok-sosok yang sama sekali tak memberi manfaat bahkan hanya mencontohkan kesia-siaan. Bukankah kita tengah berusaha mencetak para remaja tangguh yang kelak menjadi pemuda-pemudi kuat menerjang terpaan badai sekularisme dalam perjalanan mengukir peradaban gemilang ? Lalu apa jadinya jika para remaja salah dalam mengidolakan penutannya ?.
Banyak sosok-sosok pemuda tangguh yang bisa dijadikan idola sebagai panutan para remaja yang haus akan tauladan. Sebut saja Salman Alfarisi, pemuda cerdas nan gagah yang selalu berada dibarisan pembela islam ini merupakan sosok suri tauladan yang baik bagi generasi ini. Bagaimana ia dengan pemikiran cerdik nya memberi masukan kepada para pasukan. Suatu trik yang belum pernah terfikirkan sebelumnya, hingga akhirnya pasukan pembela islam mampu menumbangkan pasukan pemuja kekufuran.
Kemudian sosok pemuda tampan yang mendapat amanah untuk menyampaikan kebenaran pada kaumnya. Menyalakan kembali cahaya yang telah sekian lama padam. Ia mampu membuktikan bahwa dirinya sanggup melaksanakan amanah yang telah dititipkan dengan sempurna. Ia tinggalkan segala kemewahan yang ia dapatkan selama ini. Tak sedikitpun timbul kekhawatiran dalam dirinya saat Allah dan Rasul telah meridhoi. Ia tak lagi peduli harta, jabatan dan kemewahan yang pernah ia dapatkan. Dia seorang remaja yang penuh semangat. Seorang duta besar pertama dalam islam. Dialah Mush'ab bin Umair. Salah satu sosok pemuda tangguh yang dicintai Rasulullah SAW.
Sebagai remaja, kita dituntut untuk tahu siapa sih sosok yang akan kita jadikan idola. Alih-alih mengidolakan seseorang, malah justru kita ikut terperangkap lalu tersesat tak tentu arah. So, gak mau kan masa muda kita sia-sia gitu aja.
Ada beberapa hal yang patut diketahui oleh para remaja dalam menjalani kehidupan agar tak salah dalam memilih idola atau panutannya. Pertama, Mencari ilmu. Aktivitas mencari ilmu adalah aktivitas untuk menemukan cahaya atau finding the light. Hidup itu diibaratkan sebuah perjalanan. Dimana ada sebuah tempat yang akan dijadikan tujuan. Dalam menentukan tempat tujuan, kita dituntut untuk mencari tahu mengenai lokasi dan menyiapkan perbekalan apa yang harus kita bawa dalam menempuh perjalanan. Begitupun dengan hidup didunia. Sebuah perjalanan menuju kampung akhirat yang abadi. Tempat dimana kelak kita akan mempertanggung-jawabkan segala amalan.
Lalu, bagaimana seandainya sosok yang kita ikuti justru melalaikan bahkan menjauhkan kita dari tujuan perjalanan ini yang sesungguhnya ? Bahkan membuat kita abai dalam menyiapkan perbekalan.
Disinilah pentingnya peranan menuntut ilmu dalam kehidupan. Agar dengan ilmu, seseorang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang bisa diikuti dan mana yang harus dieliminasi untuk diidolakan. Dalam islam, ada banyak pemuda-pemudi yang dapat dijadikan idola kawula muda saat ini. Pemuda-pemudi islam yang mengisi hari-hari dengan keimanan. Pemuda pemudi yang sangat berhati-hati dalam melakukan amalan agar tidak terjadi kesia-siaan. Sebab mereka sadar bahwa segala tingkah laku di dunia akan diperhitungkan kelak dihadapan Rabb mereka.
Perhatikan ucapan imam Syafi'i berikut : " Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa. Karena apabila yang dua hal itu tidak ada, maka tidak dianggap hadir ( dalam kehidupan )". Pemikir Mesir, Musthafa Kamil pun berkomentar, " pemuda yang bodoh, beku ( tidak punya ruh ) untuk memajukan bangsa, maka matinya lebih baik dari hidupnya." Perkataan Imam Syafi'i dan Musthafa Kamil sarat dengan kebenaran. Sebab, ditangan pemuda lah kelak Kejayaan islam akan kembali gemilang. Untuk itu, pemuda pun dituntut untuk memiliki pemahaman yang dapat meningkatkan taraf berfikir menuju kebangkitan.
Kedua, Super Foundation, membangun iman sekokoh karang. Para remaja akan selalu merasa ingin tahu terhadap segala hal. Sehingga mereka akan mudah untuk mengikuti sesuatu yang baru bahkan viral dikalangan mereka. Untuk itu, membentengi diri dengan keimanan, sangatlah diperlukan. Ketika dalam diri remaja telah terbentuk keimanan sekokoh karang, maka debur-debur ombak kejahiliyahan yang menerjang tak akan membuat dirinya goyang. Karena remaja tersebut telah memiliki filter diri untuk menyaring mana perbuatan baik yang harus ditiru dan mana yang harus ditinggalkan bahkan dijauhi.
Namun, keimanan tidak cukup dengan hanya diucapkan oleh lisan. Seseorang di katakan beriman ketika ia terikat dengan apa yang dia imani. Konsekuensi keimanan seseorang adalah bukti bahwa seseorang itu terikat dengan hukum yang Allah turunkan. Salah satu hal yang dapat menjadikan pondasi kuat bagi keimanan adalah ketika ia mampu menemukan jawaban dari tiga simpul besar tentang hidup. Yaitu, darimana ia berasal, untuk apa ia hidup dan akan kemana ia kembali. Jika ia mampu menemukan jawaban yang benar dari ketiga pertanyaan tersebut maka otomatis segala yang dilakukannya aka sesuai dengan landasan keimanan nya.
Nah, itu artinya buat para remaja muda-mudi wajib tahu nih siapa sih sosok yang akan kita jadikan idola. Supaya segala tingkah laku yang kita lihat dari sang idola dapat kita jadikan contoh untuk diikuti.
Maka, dalam rangka mencari sosok idola yang akan kita jadikan panutan, alangkah baiknya jika kita membaca sejarah para sahabat dan tabi'ut tabi'in. Karena mereka adalah pemuda-pemuda mulia yang mengukir segudang cerita bermakna yang membawa islam pada puncak kejayaan nan gemilang. []