Oleh: Murlianti
Remaja. Satu kata yang menjanjikan masa depan. Dialah harapan bangsa dan penerus umat. Menjadi Agen of Change (Agen Perubahan) itulah tugasnya. Tetapi sayang, keadaan remaja di zaman milenial ini sungguh memprihatinkan.Bagaimana tidak memprihatinkan jika yang kita lihat remaja masa kini jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Mulai dari gaya hidup dan pemikirannya, makna kehidupan, tujuan hidupnya, identitas dirinya semua tidak dipahaminya sehingga tidak jelas dan kabur. Akhirnya yang terjadi mereka hidup serba bebas dan seenaknya. Kemudian yang terjadi tawuran, seks bebas, narkoba, kriminal, LGBT, miras, dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain. Jika hal itu yang terjadi, dapatkah mereka menjadi harapan bangsa? Lalu apa yang menyebabkan remaja seperti itu?
Tanpa disadari neoimperialisme (penjajahan gaya baru) sedang mengancam kehidupan bangsa dan negara kita. Mungkin kita rasakan damai-damai saja. Ada yang bilang hidup di Indonesia itu ayem, tentrem, gemah ripah loh jinawe. Akan tetapi faktanya, banyak kemiskinan yang belum terentas, ketidakadilan merajalela, rupiah merosot, hutang negara melambung, dll. Dari segala lini sebenarnya Indonesia mengalami kerusakan karena imperialisme ini. Kenapa hal ini terjadi? Karena Indonesia adalah negara yang kaya raya. Tentu kekayaan ini menggiurkan para penjajah. Jangan sampai kekayaan ini dinikmati rakyat Indonesia. Alhasil, mereka melakukan neoimperialismenya lewat pemikiran, politik, ekonomi, militer, budaya, dan lainnya termasuk para remajanya. Karena mereka tahu bahwa remaja sangat penting peranannya di dalam negara. Mereka rusak pemikiran-pemikirannya dengan pemikiran-pemikiran penjajah. Rusak gaya hidup remaja dengan gaya hidup penjajah, mereka memasuki tsaqafah-tsaqofah remaja dengan tsaqofah-tsaqofah penjajah. Maka yang terjadi disaat remaja mempunyai masalah karena penjajahan ini mereka larinya pun kepada penjajah untuk meminta solusi. Aneh kan? Kenapa bisa seperti itu?
1. Remaja mengalami krisis Aqidah dan identitas
Melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah umat muslim, tentu remajanya mayoritas umat muslim. Dalam ajaran Islam, Islam tentu memerangi penjajahan. Jika keadaan remaja masih kuat dengan Islam maka yang terjadi pasti penjajahan tidak terjadi di negara ini. Maka dari itu mau tidak mau keadaan remaja harus dibuat penjajah lemah dengan penggerusan aqidah Islam dan krisis identitas. Dengan begitu remaja akan mengalami kelabilan kepribadian sehingga kematangan dan kebenaran pemahamannya tentang kehidupan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam. Remaja akhirnya sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
2. Ditanamkannya paham sekulerisme dalam benak remaja
Sekulerisme ternyata juga berbahaya bagi remaja. Dalam sekulerisme, remaja dipahamkan akan pemisahan antara kehidupan dan agama. Dari sinilah akhirnya agama hanya dijadikan urusan privat kepada Tuhan seolah-olah agama tidak berperan penting dalam kehidupan. Dengan begitu remaja akan mengesampingkan nilai-nilai agama dalam kehidupan ini. Coba kita tengok seberapa banyak mayoritas remaja muslim yang menjalankan nilai-nilai agama? Mungkin hanya beberapa saja.Justru mayoritas dari mereka banyak yang melakukan kemaksiatan. Termasuk tawuran dan pergaulan bebas.
3. Adanya kebebasan yang tidak dipahami remaja
Kebebasan bagi setiap orang memanglah dibutuhkan termasuk remaja. Namun yang dipahami remaja tentang kebebasan adalah kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa ada batasnya. Tidak heran jika akhirnya HAM dijadikan senjata olehnya. Alhasil, saat mereka ditegur sewaktu melakukan kemaksiatan HAM menjadi senjatanya sehingga mereka hidup serba bebas.
4. Sanksi hukum yang tidak jera
Bisa jadi hukum di Indonesia perlu diperbaiki dan sanksinya lebih dipertegas lagi. Jika sanksi hukum tidak membuat jera pasti kemaksiatan dan kejahatan akan terus terjadi. Ada anggapan bahwa remaja digambarkan sebagai usia dimana seseorang bisa ditolerir saat melakukan pelanggaran terhadap norma dan aturan. Tentu tidak dalam Islam, Islam memandang remaja adalah seseorang yang baligh dan berakal yang dimasukkan dalam golongan manusia yang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya termasuk dihadapan Allah Swt. Mungkin dengan adanya sanksi yang lebih tegas dan membuat jera kemaksiatan remaja bisa teratasi.
5.Remaja digiurkaan dengan budaya hedonis
Seperti musik, nyanyian, tarian, mode pakaian, dandanan remaja,hiburan, makanan, minuman, dan sebagainya. Ternyata lewat semua itu penjajah juga turut merusak keadaan generasi sekarang ini. Lewat budaya remaja itu penjajah masuki budaya-budaya remaja dengan budaya-budaya mereka. Remaja dibuat sibuk dengan semua itu sehingga remaja lupa akan jati dirinya sehingga mereka tidak lagi menjadi generasi yang kritis akan masalah perpolitikan dan negara. Tidak lupa pula penjajah menjadikan artis sebagai model iklannya untuk mempromosikan budaya-budayanya. Maka dari itu, kita dapati teladan para remaja sekarang ini bukanlah nabi atau pahlawan tapi kebanyakan dari mereka mengidolakan para artis. Jika artisnya sesuai nilai moral dan agama bisa dianggap aman, tetapi bagaimana dengan yang jauh dari nilai moral dan agama? Tentu hal ini bisa menjadi bencana.
Kehidupan remaja sejatinya tidak bisa terpisah dari masyarakat. Jika kita ingin melihat keadaan masyarakatnya lihatlah bagaimana keadaan remajanya. Jika kita ingin melihat keadaan remajanya lihatlah keadaan masyarakatnya. Sungguh erat hubungan antara remaja dengan masyarakat. Maka dari itu mari kita sama-sama memperbaiki keadaan remaja dan masyarakat kita. Tingkatkan pemahaman agamanya dan aktifkan fungsi kontrol keluarga, masyarakat, dan negara agar remaja terkontrol. Cedaskan remaja, jauhkan dan selamatkan remaja dari pemikiran-pemikiran asing yang merusak. Kembalikan jati diri remaja menjadi Agen of Change dan harapan bangsa. Dengan itu semoga remaja bisa bangkit.
Wallahua'lam bish showab.