Oleh: Sofia Ariyani, SS (Member Akademi Menulis Kreatif)
Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sepenggal bait lirik "Bangun Pemuda Pemudi" yang jauh-jauh hari diciptakan oleh A. Simanjuntak pada masa itu ingin mengungkapkan bahwa pemuda adalah generasi yang berjuang untuk negerinya. Sebagai pengisi kemerdekaan.
Bukan generasi alay yang sibuk dengan eksistensi diri. Menyibukkan diri dengan ber-challenge ria yang nihil manfaat.
Dulu ada manequin challenge dan sekarang kiki challenge dan momo challenge yang malah menghilangkan nyawanya sendiri.
Pemuda-pemudi saat ini yang katanya milenial justru memenuhi ruang-ruang kesia-sian. Miras menjadi konsumsi yang lumrah. Tawuran sudah biasa. Hamil diluar nikah bukan lagi aib. Aborsi pun menjadi legal. Seolah mereka dekat dengan tindak kriminalitas.
Begitukah aktivitas pemuda saat ini?
Seharusnya dengan kemudahan teknologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kemajuan negeri.
Bobroknya mental pemuda saat ini karena tidak adanya pendidikan yang komprehensif. Pendidikan saat ini hanya sebatas mengejar nilai akademik. Bukan wadah pencetak generasi unggul.
Itu semua tersebab sistem yang rusak yang masih digunakan di negeri ini.
Sistem pendidikan Kapitalis-Sekularis hanya akan melahirkan generasi materialistis, mengejar manfaat dan kesenengan duniawi semata.
Jika menelaah lebih dalam sistem pendidikan di dalam Islam, tidak hanya belajar semata tapi penanaman aqidah Islam menjadi pondasi utama. Islamlah menjadi kurikulumnya. Karena Islam datang sebagai agama yang komprehensif. Ia mampu memberikan solusi bagi setiap problematika kehidupan. Karena manusia ada pun tidak lain dan tidak bukan untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Segala aktivitasnya adalah ibadah kepada Allah SWT.
Ketika Nabi Muhammad Saw membawa Islam orang-orang yang pertama kali menerimanya kebanyakan dari mereka adalah pemuda. Ada Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Mush'ab bin Umair, Umar bin Khaththab, Abu Bakar Assidiq, Bilal bin Rabah, Utsman bin 'Affan, Ammar bin Yassar, Abdurrahman bin 'Auf, dan sebagainya.
Mereka dididik oleh Nabi Muhammad Saw, dan yang pertama kali diajarkan adalah aqidah Islam, sebagai pondasi.
Mereka mendakwahkan Islam dengan mengetuk tiap pintu rumah penduduk, dan berjihad di medan perang. Demi meninggikan Islam. Mereka adalah pemuda-pemuda yang memerdekakan negerinya dari segala bentuk kejahiliyahan.
Dan pemuda-pemuda muslim yang memerdekakan negeri-negeri lain adalah Khalid bin Walid, Shalahudin Al Ayubi, Thoriq bin Ziyad, Sa'ad bin Abi Waqas, Muhammad Al Fatih, dan lainnya.
Sebagaimana diketahui para penemu-penemu datangnya dari kaum muslimin.
Ibnu Sina ahli di bidang kedokteran, Alkhawarizmi penemu angka nol dan logaritma, Alkhazini pakar ilmu fisika dan astronomi, Jabir bin Hayyan pakar ilmu kimia dan sebagainya. Mereka ulama tapi juga ilmuwan.
Agama (baca: Islam) justru menjadi penopang ilmu-ilmu duniawi, bukan malah terpisah atau dipisahkan dengan ilmu-ilmu duniawi.
Namun, miris melihat kondisi negeri kita tercinta saat ini. Para pemudanya tidak mengambil peran dalam mengisi kemerdekaan. Mereka sibuk dengan eksistansi diri. Mereka justru menjadi pelaku tindak kriminalitas. Ditambah pula kondisi negeri yang katanya merdeka tapi rakyatnya masih jauh dari sejahtera. Korupsi menggurita. Sumber daya alam dijual kepada asing dan aseng.
Ini semua akibat sistem rusak dan merusak di setiap sendi kehidupan.
Para pemuda Indonesia sudah saatnya kita singsingkan lengan baju
Kita bersatu
Mengusir penjajah baru
Demi bangsa yang maju
Dengan kalimat Ilahi tinggi-tinggi dijungjung
Menerapkan syariahMu
Di seluruh penjuru bumiMu