Oleh : Sri Ayu Susanti, SE
Belum habis masa keke dance challenge, kini generasi indonesia dihadapkan oleh tantangan virtual teranyar. Momo Challenge adalah tantangan yang mengajak peserta untuk mengikuti sebuah permainan. Tantangan ini dimulai ketika peserta menghubungi kontak Momo di platform WhatsApp.
Setelah terhubung, Momo bakal meminta peserta tantangan untuk melakukan beberapa tindakan yang justru menyakiti diri sendiri. Bahkan, tantangan itu bisa menjurus pada seruan untuk bunuh diri. Unit Investigasi Kejahatan Komputer Meksiko menyebutkan bahwa penyebaran permainan ini berawal dari Facebook, di mana sejumlah anggotanya berkomunikasi dengan orang tak dikenal via WhatsApp.
Peserta Momo Challenge melaporkan bahwa dalam tantangan itu, Momo bakal mengirimkan gambar dengan beberapa arahan berbau kekerasan. Jika peserta tantangan tak mengikuti perintah permainan itu, mereka bakal mendapat ancaman yang menakutkan. The Sun menuliskan bahwa Momo berasal dari nama akun media sosial yang ada di WhatsApp, Facebook, dan YouTube. Sosoknya digambarkan sebagai wajah perempuan menyeramkan dengan mata yang terbelalak seperti monster, senyuman garing, dan rambut kusut yang panjang serta dibiarkan terurai. Rupa itulah yang menjadi avatar nomor yang bersangkutan. Avatar itu diketahui merupakan karya dari perupa Jepang bernama Midori Hayashi yang tidak terkait dengan permainan ini.
Tantangan ini tengah viral dan banyak diikuti oleh warga Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin. Laporan dari Buenos Aires Times menyatakan bahwa kepolisian di Argentina mengaitkan Momo Challenge dengan kematian seorang remaja 12 tahun lantaran bunuh diri. Sejak itu, kepolisian Argentina juga langsung mengeluarkan peringatan waspada kepada para orang tua.
Kini, pihak kepolisian tengah memburu orang di balik kontak Momo tersebut. Rodrigo Nejm dari NGO Safenet menduga hal yang sama. Kepada BBC News Portugal, dia menyebut bahwa agak sulit untuk melacak Momo di WhatsApp. Pasalnya, nomor itu terkoneksi dengan tiga nomor telpon dari Jepang, Kolumbia, dan Meksiko (cnnindonesia.com).
Dan nyatanya, walaupun challenge ini berbahaya, tetap saja banyak remaja yang mengikuti challenge tersebut hanya sekedar iseng, happy, eksis, kekinian atau sekedar menghindari kata cupu atau kuno hingga lupa bahwa hal tersebut hanya sekedar pemenuhan gharizah baqa yang ada pada dirinya, sesuatu yang jika tidak dipenuhi menimbulkan kegelisahan dan bisa dialihkan pemenuhannya.
Throwback sedikit berbagai challenge serupa sebelumnya, seperti Tantangan "Tide Pod Challenge" yang viral di Amerika Serikat (AS) hasilnya, tantangan ini menelan banyak korban yang kebanyakan berasal dari kalangan remaja. TideTide Pod sendiri adalah detergen cair yang digunakan untuk mencuci baju. Merek milik P&G (Procter & Gamble) ini memang begitu populer di Negeri Paman Sam. Time melapor kalau sudah ada lebih dari 39 korban remaja yang dilarikan ke rumah sakit akibat menelan Tide Pod.
Hasil kebebasan berekspresi dalam sistem sekuler yang teramat ditinggikan tanpa adanya pengaturan hingga hal yang mengakibatkan kematian pun dibiarkan atas dasar hak kebebasan individu, jelas berbeda jauh dengan Islam. Pemuda hari ini mulai menjauh dari nilai-nilai ke-Islam-an. Pergeseran tolok ukur, dari al-Qur’an dan Al-Hadits, menjadi berbagai pemahaman yang bersumber dari pemikiran manusiawi, telah meracuni sebagian besar muslim. Pemahaman Barat yang mengedepankan syahwat telah merasuk dalam pikiran mereka dan menggerakkan jasmaninya untuk melakukan kemunkaran. Hal ini semakin berbahaya karena sasaran utamanya adalah pemuda, individu yang sedang mencari jati diri dan sedang membangun karakter. Gejala ini telah mewabah kesemua kalangan umat Islam yang ada di dunia. Hasilnya, tidak ada kepercayaan diri bagi umat Islam untuk bangkit dan menjadi pemimpin dunia.
Padahal, Islam menempatkan pada pemuda dalam posisi yang amat penting. Hal ini bisa kita cermati dari kisah pemuda dalam Al-Qur’an, kisah para sahabat Rasulullah, serta pengakuan dari ulama besar Islam. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pemuda. Dari berbagai kisah dan penjelasan tersebut, dapatlah kita pahami bahwa Al-Qur’an selalu menempatkan pemuda pada makna yang positif. Misalkan apa yang difirmankan Allah dalam surat Ar-Rum berikut,
“Dialah Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (Ar-Rum [30]: 54)
Dalam masa kejayaan Islam, banyak ilmuwan muslim lahir dalam berbagai disiplin Ilmu. Karya-karya para ilmuwan muslim ini mendapat pengakuan luas dan menjadi rujukan para ilmuan dunia, termasuk ilmuan Barat. Salah satu ilmuan muslim paling mashyur di dunia adalah Ibnu Sina (Avicena). Ibnu Sina telah menghafal Al-Qur’an saat berusia delapan tahun. Inilah yang dijadikan bagi beliau untuk menekuni berbagai bidang keahlian: Kedokteran, Fisika, dan Filsafat. Beliau juga mampu menghasilkan karya buku sebanyak kurang lebih 450 buah dan menjadi rujukan ilmuwan lain.
Para ilmuan ini tidak sekedar mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang digeluti. Al-Qur’an menjadi pedoman dalam hidup mereka. Mereka telah menghafal Al-Qur’an sejak usia dini. Dari hafalan dan pemahaman ini, mereka mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan hasilnya, mereka menjadi ilmuwan produktif serta menguasai berbagai ilmu pengetahuan . Banyak karya yang telah dihasilkan dan inilah yang semakin membuat mereka bertambah keimanannya
Hasan Al-Banna mengungkapkan bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan yang mempunyai tanggung jawab, kewajiban, dan amanah untuk membina umat. Untuk mengemban tugas itu, beliau juga menyatakan apa saja yang harus dimiliki seorang pemuda, beberapa diantaranya adalah: pemikiran panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan mampu menunaikan hak-hak umat. Modal dasar yang harus dimiliki pemuda, menurut beliau, adalah: iman, ikhlas, semangat, dan amal kebajikan. Dengan pemenuhan semua modal ini, serta dukungan penuh segala lapisan masyarakat, beliau yakin bahwa kebangkitan Islam akan terjadi dengan pemuda sebagai pelaku utamanya.