Oleh: Zakiyah Almanaf
Bukan anak muda kalau tidak suka tantangan. Disetiap masanya generasi muda adalah generasi penuh sensasi untuk mengekspresikan diri. Secara fisik usia muda adalah usia dimana manusia memiliki kematangan dan kekuatan maksimal untuk melakukan semua hal. Secara psikis usia muda adalah usia penuh ambisi, obsesi dan pemberani. Dia akan mampu melakukan apapun, menaklukan tantangan-tantangan kehidupan akan dihadapi bagaikan melewati level permainan. Bagi generasi muda berpetualang demi mendapatkan tantangan adalah kegemaran yang menjadikan hidup lebih seru.
Sejalan dengan keseruan dunia anak muda, berbagai permainan yang membuat adrenalin merekapun diciptakan. Aneka tantangan atau challenge yang kini bukan lagi sebuah hal yang aneh. Setelah popularitas ice bucket challenge yang mendunia, fenomena Skip Challenge, Eraser Challenge, Cinnamon Challenge, beragam challenge pun bermunculan dan berusaha menjadi popular.
Challenge yang terbaru adalah Keke Challenge. Tantangan yang memiliki nama lain yaitu Kiki challenge atau In My Feelings Challenge. Satu lagi jenis tantangan yang mulai populer dan diduga telah memakan korban, tantangan game Momo Challenge. Sebuah tantangan game yang tersebar melalui aplikasi WhatsApp (WA). Dalam tantangannya, Momo meminta orang-orang untuk menambahkan kontak di aplikasi WA. Anehnya orang tersebut akan didesak untuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri.
Momo Challenge ini hampir mirip dengan Whale Challenge (tantangan paus biru) yang ada tahun 2017 lalu. Tantangan Blue Whale Challenge mengajak pesertanya untuk menyelesaikan tantangan dalam waktu 50 hari. Secara bertahap tantangan akan menjadi lebih berbahaya dan para remaja yang menuruti tantangan tersebut pada akhirnya diminta untuk bunuh diri.
Momo adalah nama sebuah akun media sosial yang ada di WA, Facebook dan Youtube. Beberapa pengguna Momo Challenge menyatakan jika tak mengikuti tantangan maka Momo akan membalas dengan gambar kekerasan dan pemain tersebut akan terancam nyawanya.
Momo Challenge sendiri saat ini telah beredar di Argentna, Amerika Serikat, Perancis dan Jerman. Challenge ini menjadi sebuah keprihatinan setelah seorang polisi menemukan fakta kematian seorang remaja 12 tahun di Argentina yang meninggal bunuh diri.
Setelah diusut, kejadian ini bermula dari komunikasi antara anak tersebut dengan sosok yang disebut Momo di WhatsApp. (https://generasizeru.com)
Alat Perusak
Jika ditelisik lebih detil tentu semua challenge yang diciptakan menjadi kanalisasi untuk mengekspresikan diri. Seolah "nich gue sanggup". Namun pernahkah memikirkan dampak dari semua permainan tersebut. Tentu dampak yang ditimbulkan dari permainan itu sangatlah merusak. Tantangan-tantangan yang dijajakan yang kemudian dihadirkan dalam kehidupan kaum muslimin terutama generasi muda adalah alat perusak. Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor;
Pertama, untuk melemahkan idealisme generasi muda. "Masa muda, masa yang ber api-api". Syair itu menggambarkan betapa semangat yang dimiliki oleh generasi muda yang jika dibarengi dengan pemahaman yang benar maka akan mewujudkan generasi yang tangguh, kokoh, visioner, kreatif dan inovatif. Hal ini pernah terwujud dimasa kejayaan Islam berabad-abad silam. Dimana peran pemuda sebagai sumber kekuatan dalam membela agamanya dan penopang peradaban agung. Namun saat ini generasi muda diracuni dengan tantangan yang tak berarti justru membahayakan diri.
Kedua, Menghilangkan nyawa sendiri, tentu ini adalah bahaya terdahsyat karena dalam fiqih Islam perbuatan menghilangkan nyawa sendiri (bunuh diri) disebut juga intihar adalah sebuah keharaman. Bahkan para ulama menetapkan perbuatan bunuh diri lebih besar dosanya ketimbang membunuh orang lain (kecuali yang dibunuh adalah seorng muslim, maka ini dosanya lebih besar). Sebagian ulama sampai berpendapat: "Jasad pelaku bunuh diri tidak boleh dimandikan dan disholatkan sebagaimana pelaku bughot." (Fathul Baari 3/227)
Adapun dalil keharaman bunuh diri dalm Al Qur'an adalah firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An Nisa 29)
Jika hal ini dibiarkan bukan hal yang tidak mungkin, kaum muslim akan kehilangan generasi terbaiknya. Sehingga hilanglah estafet dalam penegakan peradaban umat yang mulia.
*Generasi Pilihan*
Kepedulian semua pihak tentu dibutuhkan dalam melindungi generasi muda dari berbagai budaya dan alat perusak. Semua elemen baik itu negara, masyarakat dan keluarga adalah komponen terpenting dalam menjaga generasi. Peran keluarga dalam membangun pondasi akidah, masyarakat dalam mengontrol pemikiran dan negara sebagai penetap pelaturan dan penjaga akal serta jiwa warganya akan menjadi warna dalam pembentukan generasi.
Lahirnya generasi yang senantiasa terjerat dan ikut memviralkan challange yang merusak adalah buat busuk peradaban liberal. Lain hal dengan peradaban Islam yang mulia yang akan mampu melahirkan generasi terbaiknya. Hal ini nampak ada saat Rasululloh pertama kali menerima wahyu maka generasi mudalah yang menjadi target utama dakwah beliau. Begitupun dengan generasi setelahnya, catatan indah tentang peran generasi muda yang menjadi penopang sangat dominan. Kita mengenal empat imam mahzab dimana mereka mampu menghapal Al Quran dan faqih dalam Islam di usia muda. Begitupun dengan kiprah generasi muda yang lainnya. Tentu semua itu hanya bisa terwujud ketika semua elemen sejalan dalam membina generasi.
Wallahu alam