Oleh BintUnapan.S
"Semilir angin menerpa anak rambutku (lagi),
ini untuk kesekian kalinya
Aku menunggumu di sini.
Di tempat kita pertama bertemu, ingatkah kau ?
Menunggu...
Aku menikmati segala kekosongan di hati
segalanya begitu sempurna
segalanya begitu nyata
hanya dirimulah yang fana"
Sahabat seiman, sepenggal puisi tadi sekiranya cukup menggambarkan betapa lelahnya menunggu. Sebagian dari kita menganggap bahwa menunggu adalah hal yang tidak menyenangkan, bahkan membosankan. Detik jarum jam terasa begitu lambat. Hingga membuat kita berkali-kali menoleh memastikan yang ditunggu datang.
Tapi tidak semua penantian itu disikapi ketidak sabaran. Yaitu menunggu kematian. Adakah yang tidak sabar menantinya..? Mungkin kebanyakan sepakat jawabnya tidak ada.
Naluriah, yang paling disayangi manusia adalah jiwanya, dan yang paling ditakutinya adalah kematian.
Padahal kematian adalah sebuah kepastian. Hanya di tangan Allah semata pemberian kehidupan.
Dan hanya di tanganNya, mengambil kembali yang
telah Dia berikan pada ajal yang telah digariskan.
FirmanNya:
ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺁﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ..
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..." [Ali Imran:185].
Jika demikian, maka bagaimana mungkin kita
dapat lari dari kematian?
ﺃَﻳْﻨَﻤَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻳُﺪْﺭِﻛﻜُّﻢُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺑُﺮُﻭﺝٍ ﻣُﺸَﻴَّﺪَﺓٍ
Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [An Nisa’:78].
ﻗُﻞْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﻔِﺮُّﻭﻥَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣُﻼَﻗِﻴﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺗُﺮَﺩُّﻭﻥَ
ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﻟِﻢِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺓِ ﻓَﻴُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al
Jumu’ah:8].
Sahabat seiman,
Fitrahnya memang kita takut akan itu, tapi itu pasti akan menghampiri. Maka selayaknya rasa takut itu yang menjadi wasilah kita mengisi kehidupan dengan sebaik-baik amal. Hakikat mati adalah pemutus nikmat dunia, dan pintu menuju kehidupan abadi.
Sekali lagi, mati itu pasti, tapi mau diisi dengan apa hidup ini itu pilihan. Cerdaslah memilih apa yang akan kita bawa nanti.
Sebaik-baik bekal adalah iman. Dan konsekwensi dari iman adalah taat terhadap SyariatNya.
Wallahu a'lam