Mengartikan Kemerdekaan


Oleh Eli Yuliyani 

(Ibu Rumah Tangga tinggal di Kabupaten Bandung)

Gaung euporia kemerdekaan sudah mulai terdengar. Bahkan jauh-jauh hari sebelum peringatan kemerdekaan. Seperti biasa, di setiap tahunnya selalu berulang kebiasaan di tengah masyarakat yang sudah menjadi khas perayaan kemerdekaan RI. 

Mereka sibuk menghiasi jalan, heboh mengadakan perlombaan, tak jarang  kadang mengundang banyak kemaksiatan di tengah umat. Campur baur laki-laki dan perempuan menjadi hal yg biasa. Parahnya, seringkali laki-laki didandani menyerupai perempuan dengan alasan menyemarakkan perlombaan untuk merayakan kemerdekaan. 

Seolah perayaan meriah dianggap sebagai tanda bawa bangsa tak lagi dijajah. Inikah yang dinamakan kemerdekaan? 

Dalam pandangan Islam, kemerdekaan hakiki akan terwujud saat manusia terbebas dari segala bentuk penghambaan dan perbudakan oleh sesama manusia. Dengan ungkapan lain, Islam menghendaki agar manusia benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kedzaliman, perbudakan, dan penghambaan oleh manusia lainnya.

"Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba(manusia)aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah, dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba(manusia)....(Al-hafizh ibnu katsir,al-bidayah wa an-nihayah,v 553)".


Lalu bagaimana dengan masyarakat di negeri ini? Kemerdekaan dalam bentuk apa yang sudah mereka rasakan? Mungkin banyak yang tidak menyadarinya bahwa kemerdekaan negeri ini hanya terbebas dari belenggu penjajahan secara fisik saja. Sementara eksploitasi, kedzaliman, penghambaan oleh manusia lainnya adalah poin-poin yang tidak mereka rasakan sebagai bagian dan bentuk penjajahan. Yang demikian karena manisnya penjajahan dalam bentuk tersebut hingga masyarakat tak lagi peka. Mereka samar rasa dalam kenyamanan yang semu.


Gema takbir para pahlawan dalam perjuangan yang memaknai bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu dimulai dengan kebangkitan pemikiran secara mendasar (asasiyah) dan menyeluruh (syamilan). Berpikir cemerlang tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, bahwa ketiganya diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Semua dilakukan semata untuk memberikan sebaik-sebaik kepada Sang Pencipta, bukan mengharap puji puja manusia. Barulah layak kita dikatakan merdeka.

Wallahu’alam bishowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak