Menanti Pemimpin Sejati dalam Bingkai Merdeka yang Hakiki

Oleh : Wd Deli Ana

(Pemerhati Masalah Sosial)

Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani._Mohammad Hatta

Siapa tak kenal Mohammad Hatta,  salah satu proklamator kemerdekaan kita?  Bung Hatta – beliau biasa disebut -  saat itu berbicara dalam kapasitasnya sebagai pemimpin negeri ini.  Jika beliau masih hidup sampai sekarang dan menyaksikan kondisi saat ini,  akankah beliau mengulang ucapan yang sama?  Bisa jadi.  Sebab  perayaan kemerdekaan tahun ini memang berlangsung gempita seperti tahun-tahun sebelumnya.    Namun tetap menyisakan miris yang mengiris.   Bagaimana tidak,  masih begitu banyak sulit yang membelit.  

Antara lain melemahnya kurs rupiah terhadap dolar.   Pergerakan kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sore ini ditutup melemah pada posisi Rp 14.593 per dolar AS. (tribunnews.com 16/8/2018). Tingkat pengangguran juga masih tinggi.   Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2018 mencapai 5,13%. Dari persentase tersebut, maka jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 6,87 juta orang.(ekbis.sindonews.com).  Tak heran jika angka kemiskinan tetap eksis.  Meski diklaim menurun namun masih kurang signifikan. Tingkat pengangguran terbuka turun dari 5,70 persen menjadi 5,13 persen. Kemiskinan turun dari 11,25 persen pada 2014 menjadi satu digit 9,82 persen pada 2018," (idntimes.com, 16/8).  Menanggapi hal ini pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef)  Bhima Yudhistira angkat bicara,   "Kemiskinan menurun semu," jelasnya.  Bahkan menurutnya, angka kemiskinan justru bisa naik seiring naiknya harga energi dan kebutuhan pokok, yang terpengaruh pelemahan kurs. Pasalnya, masyarakat miskin sensitif terhadap kenaikan harga pangan (bbc.com). 

Galibnya kemiskinan akan merembet ke lainnya.  Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak ku Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).  (cnnindonesia.com).  Ibarat antrean pengunjung di suatu mal,  demikian pula permasalahan di negeri ini.  Angka putus sekolah,  darurat narkoba hingga tingginya kriminalitas yang menggurita.   Begitu pula penguasaan sumber daya alam serta tenaga kerja  oleh asing tak ketinggalan ikut dalam antrean.   Satu tanya menyeruak,  benarkah kita sudah merdeka? Tidakkah para elite pemerintahan menyimak kutipan Sang Proklamator? 


Sosok Pemimpin Ideal

Bila menyimak yang dikatakan dunia mengenai sosok pemimpin ideal, secara umum mereka sepakat akan tiga hal berikut,  paham akan tujuan dalam hidup alias visioner,  berpengaruh  dan memiliki komitmen mengerahkan daya upaya untuk mencapai yang dituju.  Eksistensi ketiganya meniscayakan lahirnya figur pemimpin.  Meski demikian belum menjamin  terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. Terbukti pemimpin dari masa ke masa telah berganti namun kondisi tak banyak berubah. Semua hanya karena minus destinasi hidup yang asasi.  Tak heran sepanjang perjalanan  penuh onak dan duri.  Menjadikan merdeka belum maksimal berguna.   

Berbeda dalam Islam.  Visi hidup manusia adalah untuk ibadah.   Sehingga  merdeka esensinya ketaatan  belaka.  Sepenuhnya sebagai hamba. Firman Azza wa jalla,  “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”

(QS adz-Dzariyat:56).  Di sisi lain Allah SWT juga telah memperingatkan:

“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta” (TQS Thaha [20]: 124)

Dengan demikian pemimpin pun seorang hamba dengan tambahan tanggung jawab terpikul di pundaknya.  Tak hanya menjaga diri sendiri tak berpaling tapi juga rakyat yang dipimpinnya. Hal ini menjadikan kepemimpinan adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di pengadilan Allah.   Baik sebagai yang memimpin umat maupun untuk diri sendiri.   Bertaburan mutiara Hadits Nabi saw yang membahas hal ini.  Menunjukkan pentingnya posisi pemimpin  di sisi Allah dan Rasul-Nya. 

“Sesungguhnya orang yang paling Allah sukai dan yang paling dekat tempat duduknya di sisi-Nya adalah seorang pemimpin yang adil sedangkan orang yang paling Allah benci dan paling jauh tempat duduknya dari Allah adalah seorang pemimpin yang kejam” (HR. Ahmad).  Juga diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, Muhammad saw bersabda,  “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban  perihal rakyat yang dipimpinnya.... ”(Muttafaq alaih).   

Dalam hadis lainnya Baginda Nabi bersabda,  “Tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat  kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga.”(Muttafaq alaih). 


Islam solusinya

Narasi kemerdekaan negeri ini boleh saja usai.  Namun geliatnya masih terus mempertontonkan drama.  Problematika tak henti mendera sementara angin solusi tak kunjung berembus.   Ditambah  dengan bencana yang susul menyusul melanda.  Saatnya para pemimpin dan rakyat sama evaluasi.   Adakah tujuan hidup atau kemaksiatan  tersilap.

Di lain pihak Islam sebagai ‘pemimpin’ dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya, dalam sejarahnya telah mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin yang dicintai rakyat. Contoh paling masyhur dan nyata adalah Nabi Muhammad saw, yang selain menjadi Rasul (utusan) juga menjadi pemimpin negara kala itu. Islam, melalui ‘tangan emas’ Rasulullah mampu menyejahterakan bahkan mengayomi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, suku bahkan agama.  Mari simak saat Rasul saw menulis surat pada penduduk Najran, isinya antara lain, “.... Amma badu. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)…” (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, v/553).   Demikianlah teladan kepemimpinan Nabi saw.   Mengajak untuk menghamba hanya pada aturan Allah yang sempurna menjawab segala problem manusia.   Mulai dari masalah makanan hingga kenegaraan. Sedikit pun  tak terlewat sebab mustahil Allah zhalim pada segenap makhluk-Nya.  Rahmatan lil alamin justru yang dijanjikan  Allah jika kaffah ditunaikan.   Bagaikan cahaya, gemilangnya kan berpendar hingga akhir zaman.  Cukuplah ayat ini menjadi alarm bagi kita, “Dan jika penduduk negeri beriman dan bertakwa ( kepada Allah sesungguhnya Kami ( Allah ) bukakan kepada mereka ( pintu-pintu ) berkah dari langit dan bumi; Tetapi mereka mendustakan ( ayat-ayat Kami ), maka Kami siksa mereka lantaran apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS Al-A’raf: 96 ). Wallahu a’lam



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak