Oleh Bintunapan Sastrawetjana
Dear shalihah, ketemu lagi, kali ini kita bahas tentang kelembutan. Siapa sih yang ga suka akan lembut. Kita pastinya suka dong. Kelembutan sikap, kelembutan tutur kata. Hingga kelembutan fisik, misalnya rambut atau kulitmu lembut, iya kan? Pastinya begitu, buktinya banyak diantara kita kaum hawa luangkan waktu di salon buat smoothing rambut. Dan body scrub. Ayo ngaku..!
Tenang shalihah, ga dosa ko kalau kamu perawatan. Itu bagian dari menjaga tubuh yang Allah titipkan.
Tapi, sekarang yang mau kita kupas tentang kelembutan hati.
Nah, kalau rambut lembut dengan smoothing, tubuh lembut dengan di body scrub, lantas bagaimana dengan melembutkan hati, sini dibisikin. Cara agar hati menjadi lembut:
1. Takut akan datangnya maut. Karena maut datang tanpa permisi, tiba-tiba. Khawatir kita belum sempat bertaubat. Banyak berdzikir dan istighfar memohon ampunan
2. Khusyu dan takut tidak sempurna menunaikan hak-hak Allah. Misalnya sholat yang bolong-bolong. Dan keterikatan kita terhlebih hukum syara. Sesungguhnya itu pasti akan dimintai pertanggung jawaban.
3. Banyak menyebut nikmat Allah, takut tergelincir kedalam kemaksiatan, dan memandang remeh atas banyaknya nikmat yang sudah Allah berikan .
4. Takut akan balasan siksa yang disegerakan di dunia, karena maksiat yang kita lakukan.
5. Takut menghadapi sakaratul maut dan akhir hidup (mati) su’ul khatimah.
6. Takut akan adzab Allah.
7. Takut menghadapi hari penghisaban atas semua perbuatan kita didunia.
8. Takut Allah membuka tentang dosa dan aib kita.
9. Takut terhadap nikmat Allah yang kita rasakan siang dan malam, sedang kita tidak bersyukur.
10. Takut tidak diterima amalan amalan dan ucapan- ucapan kita.
11. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, keluarga, suami/isteri dan harta kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Dan jangan kita bersandar selain kepada Allah.
12. Sembunyikanlah amal-amal kita, karena terkadang riya' itu memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al-Basri rahimahullah pernah berkata kepada dirinya sendiri.
"Berbicaralah engkau wahai diri, dengan ucapan orang shaleh, yang qana’ah lagi ahli ibadah. Dan janganlah engkau melaksanakan amal orang fasik dan riya'. Demi
Allah, ini bukan sifat orang mukhlis."
13. Hati-hati dengan pujian. Jangan senang ketika dipuji dan berang ketika dicaci.
14. Harus memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan. Seperti hari ini banyak kita lihat orang dengan tidak merasa berdosa meninggalkan sholat. Bermaksiat terang-terangan.
15. Menyadari ketika sakit untuk intropeksi akan dosa kita. Dan ketika sehat memperbanyak bekal akhirat.
16. Setiap kita mendengar kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika
kita menyaksikan jenazah, maka bayangkanlah bahwa itu kita yang sedang diusung.
17. Hati-hatilah dengan harta, jangan mengumpul-ngumpul dan tidak menginfakkannya sedikit pun.
18. Lihatlah dunia dengan pandangan I'tibar (pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
19. Saling menasehati.
20. Jika kita melihat orang yang lebih "besar" dari kita, maka muliakanlah dia dan katakan kepadanya, "Anda telah mendahului saya di dalam Islam dan amal shaleh, maka anda jauh lebih baik di sisi Allah. Dan jika bertemu dengan orang yang lebih muda katakanlah "Anda keluar ke dunia setelah saya, maka anda lebih sedikit dosanya dari saya dan anda lebih baik dari saya di sisi Allah.
*Jauhi perkara yang mampu mengeraskan hati*
Pertama, banyak bicara. Banyak bicara berpotensi untuk banyak salah. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata benar atau diam,” [HR. Al-Bukhari].
Kedua, banyak tertawa. Tertawa bukan hal yang
dilarang. Namun jika sering dilakukan dan melampaui batas, maka menjadi tercela. Bahkan banyak tertawa akan mematikan hati. Hidayahpun sulit masuk. Dalam sebuah hadist; "Persedikitlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati".
Ketiga, banyak makan. Ketika seseorang banyak makan, otomatis ia menuruti syahwat perutnya.
Sementara orang yang banyak makan akan menjadikan malas dan badan menjadi gemuk serta rentan penyakit.
Karena itu, islam mensyari’atkan untuk
banyak berpuasa baik yang wajib atau yang sunnah.
Bahkan Rasulullah sallalhu alaihi wasllam bersabda ;
“Tidak ada wadah yang paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam menyantap beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya ia memberikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya. [HR. At Tirmidzi]
Keempat, banyak dosa. Baik dosa besar atau dosa kecil, keduanya berpengaruh negatif pada hati.
Kelima, teman yang buruk. Sebagian ulama salaf berkata, “Kerasnya hati karena empat hal: melampui
batas; makan, tidur, bicara, pergaulan.”
“Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya. Maka hendaklah seseorang melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya,” (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu
Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
So shalihah, pandai-pandailah kita mengambil pelajaran. Sebab Allah telah memberikan jalan.
"….Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syam [91]: 8, 9, 10).
Sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qalbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat.
"Dan sesungguhnya Allah menyukai orang -orang yang bersih. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar."(QS. At Taubah [9]: 108 & 119)
Hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang. Smoga menjadi pemicu agar kita jauh lebih baik lagi esok hari. Dunia adalah sementara dan akhirat selamanya, maka akan lebih menghargai waktu yang Allah kasih. Senantiasa menghadirkan idrak shilah billah atau kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Kita adalah makhluk dan Allah adalah pencipta dan pengatur kehidupan. Dan tugas kita adalah taat terhadap semua aturan yang Allah turunkan. In syaa Allah hidup kita akan semakin bermakna.
Wallahu a'lam