Oleh : Ariani Percawati
Pegiat dakwah, tinggal di Bandung
Perang melawan radikalisme kian kebablasan. Kurikulum pendidikan agama dianggap sebagai alat paling ampuh untuk mengubah pemahaman yang di anggap radikal. Bahkan ada usulan agar bab yang menceritakan tentang sejarah perang harus dikurangi porsinya. Banyaknya materi dalam pendidikan agama islam yang menceritakan perang-perang yang dilakukan Rasulullah SAW. Itulah yang menyababkan paham radikalisme. Tentu saja usulan ini harus ditolak, karena hal ini bisa menjadikan umat makin terjebak pada persoalan yang lebih besar. Ajaran Rasulullah SAW. dianggap sebagai penyebab radikalisme sehingga perlu diseleksi mana yang layak di sampaikan kepada siswa dan mana yang tidak layak.
Memilih-milih ajaran islam dalam pendidikan sangat berbahaya. Sebab hal itu berarti telah menyembunyikan (menghilangkan) sebagian ajaran islam yang sempurna. Sejak dulu umat islam mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW tanpa mengurangi sedikitpun, tetapi mereka tidak pernah dicap sebagai umat yang mencintai kekerasan. Apalagi bergelar radikal sebagaimana yang dituduhkan kepada sekelompok umat islam saat ini. Persoalannya sebenarnya bukan pada ajaran islam itu sendiri, tetapi tafsirnya sebab ajaran islam terlebih sejarahnya adalah contoh peri kehidupan agung yang harus menjadi inspirasi dan pedoman bagi kehidupan setiap muslim. Bagaimanapun sejarah kehidupan Rasulullah SAW adalah bagian dari ajaran islam. Maka menghilangkan atau menutupi sebagian dari sejarah Rasulullah SAW berarti mengamputasi sebagian ajaran islam yang sempurna. Allah SWT berfirman yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkanya kepada manusia dalam Al kitab mereka itu dilaknati Allah, dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. (TQS Al-Baqarah (2) : 159).
Pendidikan didalam islam bertujuan untuk membentuk kepribadian islam, yaitu menghasilkan manusia yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami sehingga berperilaku sesuai ajaran islam. Salah satu materi yang wajib adalah penanaman tsaqofah islam, baik melalui aqidah, fiqh, akhlak, sejarah dan lain sebagainya. Semua itu harus diberikan kepada siswa, sehingga terakumulasi menjadi pribadi yang kuat keyakinannya, taat pada aturan Allah, berakhlak mulia dan menguasai ilmu kehidupan termasuk Saintek. Materi tentang jihad sangat baik disampaikan kepada siswa untuk memberikan gambaran perjuangan Nabi SAW yang tidak mudah dan penuh tantangan. Jika bukan karena mengingat perjuangan Nabi SAW, semangat membela tanah air para pejuang kemerdekaan dahulu tak akan sehebat itu. Mereka berjuang karena Allah SWT, buah pendidikan agama yang mereka peroleh. Maka sungguh tidak masuk akal jika para siswa dijauhkan dari sejarah kehidupan Nabi SAW yang mulia dan penuh hikmah, termasuk sejarah perang beliau.
Disisi lain islam memerintahkan Negara melayani kebutuhan warga negaranya termasuk pendidikan. Negara wajib hadir dengan menerapkan sistem pendidikan islam, dan sistem sekuler kapitalis saat ini mengabaikan tanggung jawab negara kerap terjadi. Bahkan untuk proyek deradikalisasi yang sering bersinggungan dengan kepentingan umat islampun negara berani bertaruh. Ini adalah PR bersama bagi umat islam, selayaknya umat memikirkan bagaimana merealisasikan seluruh ajaran islam, termasuk sistem pendidikan islam agar generasi selamat. Di sini pula urgensi perjuangan penegakan khilafah islam, sebab khilafah akan menerapkan seluruh ajaran islam secara kaffah (menyeluruh).
Wallahu a’lam bi ash-shawab