Oleh : Fony Septiawati
Apa mau dikata, hidup zaman sekarang memang serba sulit. Realitas kondisi rakyat atas tekanan ekonomi makin menghimpit berbagai sektor kehidupan. Bagaimana tidak, untuk kebutuhan pokok saja rakyat harus berjuang sangat keras. Mengingat harga kebutuhan pokok yang tinggi dan terus merangkak naik, seperti harga beras, telur, daging ayam. Belum lagi nilai rupiah kian melemah menyebabkan harga sejumlah komoditi impor naik. Akibatnya sejumlah sektor usaha terpukul mundur dari panggung perekonomian. Pengusaha-pengusaha kecil merasakan betul menurunnya produksi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Semakin banyak pula rakyat yang menyandang predikat miskin. Ironisnya, asumsi pemerintah mengenai kemiskinan sungguh tidak logis. Rakyat dikatakan miskin jika penghasilannya kurang dari 401.220 perkapita perbulan atau 13 ribu per hari. Ini artinya tidak dikatakan miskin ketika penghasilannya 15 ribu per hari. Hal ini menambah penderitaan rakyat miskin yang tak kunjung menemukan titik cerah dari kondisi ini.
Kemiskinan yang kian menghimpit ini merupakan kemiskinan yang struktural/sistemik. Buah dari diterapkannya sistem kapitalisme-liberalisme-sekulerisme. Sistem inilah yang menyebabkan kekayaan negara dikuasai segelintir orang saja. Sehingga marak terjadi privatisasi sektor publik seperti jalan tol, air, pertambangan gas, minyak bumi, mineral. Rakyat yang sejatinya memiliki hak atas SDA tersebut, justru tidak bisa menikmati hasil dari kekayaan SDA di negerinya. Sistem ini menciptakan kesenjangan sosial yang terlampau ekstrim. Segelintir orang kaya semakin kaya. Sementara yang miskin semakin banyak dan kian menderita. Di sisi lain juga pemerintah berlepas diri dan membiarkan rakyatnya seakan mereka harus hidup mandiri tanpa jaminan kebutuhan hidup dari negara.
Memang pelik masalah kemiskinan ini jika tidak segera diselesaikan secara mendasar dari akar masalahnya. Sudah jelas sistem selain Islam ini menimbulkan musibah yang berkepanjangan. Maka sudah seharusnya kita segera tinggalkan sistem ini dan kembali pada syariat Islam Kaffah sebagai solusi yang berasal dari Sang Pencipta. Syariat Islam dapat menjamin keberkahan hidup manusia dan menjadi rahmat bagi mereka. Islam menyelesaikan berbagai masalah termasuk dalam mengentaskan kemiskinan. Diantaranya pertama, secara individual Allah SWT memerintahkan setiap muslim yang mampu untuk bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya. Kedua secara jama'i Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk saling memperhatikan saudaranya yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Ketiga Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh rakyatnya termasuk menjamin kebutuhan pokok mereka. Jika ketiga hal yang diperintahkan Allah SWT ini dilakukan seluruh elemen masyarakat atas dasar keimanan, maka kemiskinan akan segera teratasi dengan baik, karena Islam Rahmatan Lil 'Alamin.
Wallahua’lam bish shawab