Oleh: SukmaOkt (Pelajar, Aktivis Muda)
Wahai umat muslim, apa kalian tak mendengar sorak-soray perlombaan yang menggema ditelinga? Dari mulai perlombaan sederhana hingga mewah bisa terdengar dan terlihat sekejap mata memandang.
Kemerdekaan. Ya, kata kemerdekaan seolah meyakinkan kita akan merdekanya bangsa kita tercinta ini; kata kemerdekaan seolah membuat kita buta akan penjajahan yang sebenarnya hari ini.
Penjajahan hari ini adalah penjajahan yang tak terlihat oleh mata, tapi terasa, saya tekankan sekali lagi, penjajahan ini sangat terasa bagi umat muslim yang peka; umat muslim yang sadar akan perihnya kehidupan tanpa diatur oleh Islam.
Hari ini kita memang terbebas dari penjajahan berupa fisik dan ini semua pun berkat para ulama kala itu yang berjuang demi terhentinya kedzoliman yang mengamcam umat manusia.
Akan tetapi kini, penjajahan itu masih terjadi hanya saja bukan berupa fisik. Sadarlah kalian? Penjajahan kali ini datang berupa kerusakan, rusak semua generasi kita; rusak oleh virus-virus sekularisme yang dikarenakan tak diterapkannya sistem yang bukan ciptaan Allah SWT.
Bahkan menyedihkan dan mengkhawatirkan bahwa yang rusak bukan hanya generasi pemuda/pemudi, tapi hampir seluruh kalangan terkena virus-virus sekularisme.
Akankah kita selalu tak peka seperti ini? Akankah kita selalu menutup mata dan tak melihat realita didepan mata?
Tak mungkin ini benar-benar kemerdekaan yang hakiki. Jika kemaksiatan merajalela. Hari ini hanya fisik yang selamat. Tapi, jiwa dan fikiran berhasil di infiltrasi oleh viru-virus diluar Islam (baca: sekularisme).
Ini bukan kemerdekaan hakiki, ini bukan kebahagiaan yang pantas dirayakan. Ini adalah keperihan, ini adalah kekhawatiran, dan ini adalah kesengsaraan yang nyata.
Kemerdekaan hakiki yakni pembebasan penghambaan pada hukum ciptaan manusia dan kembali pada hukum ciptaan Allah semata. Agar hilanglah virus-virus yang diluar Islam; virus-virus yang mengotori pikiran umat Islam.
Sadarlah wahai umat, sadarlah. Pekalah terhadap keadaan hari ini, pekalah akan kondisi umat saat ini.
Saya tegaskan sekali lagi. Ini bukan kemerdekaan hakiki. Ini semu. Mari membuka mata, kita lanjutkan perjuangan ulama kala itu demi kemerdekaan hakiki; kemerdekaan yang nyata.
Wallahu 'alam