Keke Challenge, Buah dari Paham Liberal

Oleh Wa Ode Sukmawati               

( Mahasiswa Unidayan Baubau )


Pengguna aktif  sosial media pasti tahu dengan  In My Feelings Challenge atau yang biasa juga disebut dengan Keke Challenge. Keke challenge menantang orang-orang untuk menari mengikuti lagu terbaru penyanyi HipHop Drake dengan judul In My Feelings. Namun, mereka harus menari di samping mobil yang sedang berjalan dengan pintu yang terbuka. 

Seperti biasa, tantangan ini kemudian menjadi sangat populer di kalangan remaja. Bahkan bukan hanya remaja yang nekat mengikuti tantangan ini, ibu yang sedang hamil besarpun turut serta dalam melakukan tantangan tersebut tanpa merasa khawatir dengan kondisi anak yang sedang dikandungnya. 

Challenge yang berasal dari Amerika Serikat dan menggunakan lagu dari Drake ini sudah mencapai 219.957 kiriman publik di instagram dengan tagar #inmyfeelingschallenge. Dan di YouTube, lagu resmi berjudul “In My Feelings” oleh Drake yang dipakai untuk backsoud challenge ini sudah mencapai 41. 353.499 views. (Tribunstyle.com 30/7/2018)


Namun, siapa sangka. Challenge yang sedang mendunia dan dipuja-puja ini dilarang keras oleh polisi, karena dianggap terlalu beresiko. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kamis (26/7/2018), seorang remaja diluar negeri yang handphone-nya terjatuh ketika melakukan keke challenge. Video lain menunjukan seorang wanita diluar negeri yang terjatuh dari mobilnya sebelum sempat menari dan unjuk kebolehan. Badannya terhempas ke bahu jalan, sementara mobil yang dia tumpangi terus melaju. Kejadian tragis lain saat seorang pria yang coba melakukan keke challenge justru tertabrak mobil yang melintas dari arah yang berlawanan. (detikNews, Kamis 26/7/2018)

Praktisi keselamatan berkendara juga menganggap keke challenge ini merupakan tindakan berbahanya. Pasalnya, tantangan ini melibatkan kendaraan yang melaju meski kecepatannya rendah.

 “Mengomentari Keke Challenge atau Kiki Challenge atau apapun namanya, dansa viral ini bisa dibilang tindakan bodoh dan tidak patut dicontoh. Semua aktivitas yang melibatkan mengemudikan kendaraan baik sebagai pengemudi maupun penumpang harus disikapi serius dan bukan untuk dibuat mainan karena potensi kecelakaanya yang sangat besar” kata Instruktur Rifat Drive Labs, Andry Berlianto, kepada detikOto, selasa (24/7/18). Andry menegaskan, ketika berkendara pengemudi harus fokus dalam mengendalikan kendaraan. Jika menjadi penumpang, maka konsentrasi tetap juga menjadi hal yang utama.

Liberalisme Kapitalisme dalangnya

Sesungguhnya, masyarakat ikut melakukan Keke Challenge hanyalah sekedar ikut-ikutan tanpa memikirkan apa manfaat yang di dapatkan jika melakukan hal tersebut. Bersenang-senang, itulah alasan kebanyakan orang ketika melakukan Keke Challenge. Bersenang-senang dengan cara membahayakan diri sendiri dan melanggar aturan lalu lintas. Sungguh, hal yang disebut bersenang-senang malah seperti perbuatan bodoh yang tidak patut ditiru.  Para wanita yang mengikuti tantangan tersebut juga berlenggak-lenggok menunjukan keelokkan tubuhnya. Bahkan, orang-orang yang tidak mempunyai mobil nekat melakukan Keke Challenge tanpa rasa malu dengan menari dijalanan.  Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang Islam serta telah lama terpapar oleh virus liberalisme (kebebasan berekspresi) yang merupakan anak kandung dari sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan. 

Padahal, seorang muslim harusnya meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Apalagi sesuatu yang dapat membahayakan dirinya. Namun, kenyataannya malah sebaliknya. Berlomba-lomba melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Paham sekuler dan liberal inilah yang kian hari makin menyesatkan dan menjauhkan masyarakat dari Syari’at Islam. Sekularisme telah menjauhkan masyarakat dari penerapan Islam Kaffah. Sehingga aturan Islam tidak dijadikan sebagai tolak ukur. Boleh atau tidaknya suatu aktivitas dilakukan. Padahal, dimanapun seorang muslim berada harus tetap menjalankan aturan agamanya.

Kemudian, liberalisme telah menjadikan masyarakat untuk hidup dengan bebas. Bebas berekspresi, termasuk bebas dalam membahayakan diri sendiri. Bagaimana tidak, sesuatu yang harusnya di tinggalkan karena tidak bermanfaat dan dapat membahayakan diri, malah diminati banyak orang. Karena menganggap diri memiliki kebebasan dalam mengespresikan segala sesuatu.

Padahal, dalam Islam, hal-hal seperti ini tentu takkan di perbolehkan. Islam tidak akan membiarkan masyarakat terlena dengan kegiatan yang tidak bermanfaat dan tidak berguna. Justru dalam pandangan Islam, seharusnya masyarakat bisa melakukan aktivitas yang baik, yang menguntungkan bagi dirinya dengan cara yang ma’ruf. Dan masyarakat lebih bijak dalam mengambil tindakan untuk melakukan segala aktivitas yang akan dilakukan. 

Dengan sistem yang berlaku saat ini, tentu akan sulit jika Islam diterapkan secara keseluruhan dan dijadikan sebagai tolak ukur untuk melakukan segala sesuatu. Kalau saja Islam diterapkan secara keseluruhan dalam sebuah institusi negara. Tentu hal-hal yang terjadi seperti saat ini, akan diselesaikan secara tuntas hingga hal yang serupa tak akan terjadi lagi. Karena itulah, sudah seharusnya Islam menjadi solusi dan diterapkan secara keseluruhan di Indonesia. Wallahu A’lam Bissawab.



 



 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak