Oleh : Aisyahtini Lubna Naimah
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Tentunya kita tak asing dengan nyanyian lirik tersebut. Setiap tahunan peristiwa tersebut pasti datang . Animo masyarakat pun tinggi menyambut dengan berbagai perayaan. Dengan berbagai pernak pernik menghiasi rumah warga, mulai dari gemerlap warna-warni lampu kecil nan elok. Dan tinggi semampai bendera didepan rumah warga. Dan tak kalah dengan itu ada lomba yang turut memeriahkan. Misal dengan berbagai macam perayaan lomba. Diantaranya makan krupuk, disetiap wilayah pasti tak ketinggalan dengan lomba ini. Berbicara tentang keseruan lomba makan kerupuk, masih sedikit yang tau makna dan sejarah dari perlombaan tersebut. Lalu, sebenarnya dari mana muasal alasan lomba makan kerupuk diadakan? Pada zaman penjajahan, untuk bisa menemukan makanan enak itu sangat sulit. Bagi para pejuang terdahulu bisa menemukan nasi dengan News ah kerupuk sudah sangat bersyukur. Kerupuk dan nasi adalah santapan favorit para pejuang. Dan saat ini kita kenal dengan istilah 17-an atau HUT Kemerdekaan.
Kemerdekaan adalah disaat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.(Wikipedia.org) Menurut pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kemerdekaan adalah memeliki kuasa penuh atas dirinya dan negaranya. Bukan lagi sebagai yang tunduk atas aturan penjajah. "Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional seperti karawitan, gamelan, dan juga wayang baik itu wayang kulit, wayang orang maupun wayang golek, mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya, kata Sri Handayani, S.Pd, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.Padahal, bukan tidak mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu sama sekali tak mempunyai nilai positif, kata Sri Handayani menambahkan(kompas.com). Hal tersebut terlihat dari sisi nilai kebudayaan yang masih ikut-ikutan. Belum lagi pergaulan remaja yang segan mengikuti gaya kebarat-baratan.
Padahal disisi lain potensi yang dimiliki para remaja pun tinggi. Mulai dari potensi fikiran, inovasi, dan kreatifitas yang tak ada matinya. Selalu ada ide baru yang dihasilkan oleh para kaum muda. Mulai dari berbagai penemuan alat, zat dalam sesuatau, dll. Dan daya ingatnya pun sangat tinggi jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Sayangnya semua itu hanyalah ekspetasi semata. Yang hanya bisa menjadi angan-angan jika remajanya tak mau merubah diri, mengikis pemikiran barat dari benaknya.
Ibarat turbin yang selalu menggerakkan sebuah pembangkit. Seperti itulah analogi sederhana dari remaja. Yang mampu menggerakkan sebuah peradaban. Remaja itu akan bangkit tatkala mereka mengetahui dan memahami "what for they live in the world". Itu merupakan sebuah kata kunci yang mampu mendongkrak jiwa kaum muda. Jika mereka tau tujuan hidupnya pasti mereka akan tergambar untuk apa semua hal yang dia lakukan. Seperti halnya dengan remaja muslim ini dengan usia termuda. Beliau mengembara mencari ilmu agama, nahwu, adab dan juga fiqih, membaca Al-Muwatho’ dihadapan Imam Malik, bahkan menghafal lancar hingga Imam Malik kagum akan bacaannya. Kecerdasan yang luar biasa, akhlak yang mulia dan berpegang teguh dengan Sunnah. Selain itu beliau sering berdiskusi dengan Muhammad bin Al-Hasan di Irak, menyebarkan hadits, menanamkan kaidah-kaidah mahzhab dalam menetapkan hukum dan menyebarkan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Dan Imamnya ahli hadits zaman itu, Abdurrahman bin Mahdi meminta beliau menulis sebuah buku tentang Ushul Fiqih. Beliau adalah imam syafi'i. Beliau lahir tahun 150 H, yaitu pada tahun meninggalnya Imam Abu Hanifah rahimahullah. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin Saib bin Ubaid bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Al-Mutholib bi Abdi Manaf bin Qushai Al-Quraisy Al-Mathlabi Asy-Syafi’i Al-Hijazi Al-Maliki. Dari sepenggal kisah Imam besar tersebut dapat diambil pelajaran bahwa remaja mampu untuk melakukan segala hal jika dibarengi dengan tujuan yang shohih.