Oleh : Merli Ummu Khila
Pada Momen Idul Adha ini hendaklah kita mengambil hikmah dari pengorbanan tiga manusia mulia yaitu Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Ibunda Hajar RA. Kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap Allah, Kepatuhan Hajar terhadap suaminya, Kepatuhan Nabi Ismail terhadap bapak nya.
Ketaatan Ibunda Hajar
Nabi Ibrahim AS yang sudah berusia tua ketika di karuniai anak yaitu Nabi Ismail. Ketika perintah Allah SWT yang luar biasa yaitu beliau di perintah kan Allah SWT meninggalkan Istri nya Hajar dan anaknya Ismail yang masih bayi di Mekah yang kala itu belum berpenghuni. Belajar lah dari ibunda Hajar yang patuh dengan perintah suaminya Nabi Ibrahim AS tanpa mempertanyakan lagi untuk apa mereka di tinggal kan? Pertanyaan nya hanya sederhana, "Apakah ini perintah Allah?" Nabi Ibrahim menjawab "iya." mendengar itu ibunda Hajar lansung mengiyakan. Kalau kita pikir secara logika, Adakah seorang istri yang mau terima ketika dia baru melahirkan seorang bayi kemudian harus di tinggalkan suami nya di tempat tidak berpenghuni dan tanpa perbekalan. Itulah ketaatan pada syariat tanpa tapi. "sami'na wa ato'na(kami mendengar dan Kami patuh). Dan tanpa putus asa Ibunda Hajar mencari air untuk anaknya Ismail dengan berlari dari bukti Safa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali, pada nya kita belajar bahwa segala sesuatu harus ada ikhtiar bukan hanya pasrah pada keadaan. Dan hasil nya justru Allah berikan sumber mata air yang memancar dari hentakan kaki Ismail.
Ketaatan Nabi Ibrahim
Meninggalkan Istri dan anak yang sudah lama nanti kan nya tentu merupakan sesuatu yang berat bagi seorang ayah. Tapi itulah ketaatan tanpa tapi, setelah dipisahkan sekian lama, akhirnya dipertemukan kembali. Tentu saja hal yang membahagiakan bertemu kembali dengan keluarga yang dicintainya di Mekah yang sudah berpenghuni karena ada sumber mata air Zam - Zam. Perintah Allah selanjutnya yaitu Nabi Ibrahim bermimpi di perintah kan menyembah putra kesayangan nya. Secara logika manusia biasa suatu perintah yang tidak masuk akal. Tapi tidak demikian dengan Nabi Ibrahim, setelah mendapat keyakinan bahwa ini perintah Allah SWT beliau pun menyembelih putra nya Ismail.
Ketaatan Nabi Ismail
Bagaimana perasaan seorang anak yang di tinggal kan ayahnya sejak bayi dan ketika dipertemukan kembali kemudian di beri pertanyaan? Dalam Al-Qur’an diabadikan:
TQS(Aş-Şāffāt):102 - Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Inilah ketaatan tanpa tapi bagi seorang Nabi Ismail, ketika mendengar itu perintah Allah SWT beliau tidak mempertanyakan lagi dan mempertimbangkan lagi.
Pada tiga keteladanan keluarga Nabi Ibrahim AS Inilah kita sebagai muslim hendak nya mengambil pelajaran bahwa bersegera dalam syariah itu suatu keniscayaaan. Ketaatan atas ketetapan Allah itu bukan sesuatu yang bisa di tawar - tawar dan ditunda-tunda. Seperti diberitakan dalam Al Qur'an
TQS(Al-'Aĥzāb):36 - Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Jadi jika sudah ada ketetapan atau hukum dalam Al-Qur’an seperti haram nya riba, wajib nya menutup aurat, wajib nya menegakkan syariat maka sebagai muslim tidak boleh ada opsi lain yang kita ambil. Karena di ujung ayat diatas, barang siapa mendurhakai maka ia telah sesat. Wallahu’alam.
#PenulisIdeologis
#PegiatDakwah
#MemberAmk5