Oleh; Zakiyah Almanaf
Euforia pesta yang digelar anak bangsa dengan datangnya musim olah raga Asean games. Indonesia yang didaulat menjadi negara penyelenggara perhelatan akbar Asean Games yang diadakan 4 tahun sekali inipun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menampilkan dan memberikan totalitasnya dalam pelaksanaan ajang bergengsi tersebut. Pesta kembang api untuk menyemarakkan Upacara Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu, 18 Agustus 2018 pun terlihat begitu indah.
Acara pembukaan Asian Gemes dilaksanakan dengan begitu mewah dan meriah. Asian Games 2018 telah resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo, dalam upacara pembukaan (opening ceremony) yang dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 Agustus 2018.
Berhiaskan panggung megah dan koreogeafi serta musik yang apik, opening ceremony itu disebut-sebut menelan dana sebesar 47 juta dollar atau sekitar Rp 685,2 miliar.
Acara demi acara ditampilkan panitia dalam Opening ceremony Asian Games 2018 yang dibuka dengan tari Saman 1.600 penari dari 18 SMA di Jakarta. Total ada empat segmen tarian yang dibuat. Kemegahan panggung menjadi daya tarik sendiri di acara itu. Miniatur gunung setinggi 27 meter dan selebar 130 meter menjadi latar utama panggung. Air terjun setinggi 17 meter menjadi salah satu penghias utama di panggung itu. Kompas.Co
Sehingga wajar acara tersebut menghabiskan dana yang begitu fantastis. Dengan mudah dana tersebut digelontarkan pemerintah demi kemeriahan pembukaan ajang tersebut.
Ada Duka Bangsa dibalik Euforia
Ditengah kemeriahan dan gempitanya menyambut ajang 4 tahuanan Asian Games, terselip duka dan air mata. Pasalnya saudara kita diwilayah lombok dan sekitarnya masih dirundung duka yang mendalam. Kembali gempa susulan mengguncang Lombok, Senin (20/8), sekitar pukul 08.30. Kali ini skalanya 5,2 Richter, dan menjadi gempa bumi terbaru yang terjadi di Pulau Lombok dan sekitarnya sejak Minggu (19/8).
Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa Senin ini berlangsung di kedalaman 10 kilometer, dengan pusat gempa berada 32 kilometer sebelah timur laut Lombok Timur, NTB.
Gempa itu adalah guncangan susulan yang terus berulang dalam periode empat jam. Sebelumnya, pada pukul 06.29 WIB, terdapat guncangan sebesar 4,8 SR, dengan kedalaman 10 kilometer. Pusat gempa berada di laut sejauh 34 kilometer sebelah timur laut Lombok Utara.
Kemudian, pada pukul 04.21 WIB dan 04.50 WIB terjadi gempa, masing-masing sebesar 5,0 SR dan 5,2 SR. Hingga pukul 10.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat sebanyak 101 gempa susulan, dan sembilan di antaranya sangat terasa. BBC.COM
Hingga Selasa (21/8/2018), BNPB mencatat jumlah korban dalam bencana gempa bumi di Lombok, NTB. Angka korban jiwa mencapai 515 orang dan korban luka-luka 7.145 orang. Infrastrukturpun seperti rumah warga dan fasilitas umum lainnya mengalami kerusakan yang tidak terkira. Sehingga warga lombok masih belum bisa menempati rumah mereka. Saat ini mereka masih menempati tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas yang tidak memadai.
Menimbang Kepedulian Penguasa
Derita masyarakat lombok akibat musibah yang menimpa mereka sangatlah berat. Namun lagi-lagi beban itu seperti tak bisa dibagi. Seakan mereka harus menghadapinya sendiri. Walaupun bantuan dan kepedulian masyarakat Indonesia begitu tinggi namun dahsyatnya bencana yang menimpa mereka tidak bisa diselesaikan hanya dengan bantuan ala kadarnya.
Mereka membutuhkan penanganan yang serius dari penguasa sebagai penanggung jawab kehidupan mereka. Negara harus bertanggung jawab atas apa yang menimpa warganya. Negara harus melakukan penanganan yang komprehensif dalam menghadapi bencana seperti yang terjadi di Lombok. Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan haruslah mengacu pada prinsip Islam, yaitu dengan mengubah mandset peran negara sebagai fasilitator tapi harus memfungsikan bahwa negara adalah rain (pengurus), yang kelak akan dimintain pertanggungjawaban atas apa yang diurusnya.
Dalam tataran ini totalitas penguasa dalam penanganan bencana bisa ditempuh dalam tiga tahap. Yang pertama adalah pra bencana yaitu antisifasi yang bisa dilakukan dengan cara pembangunan fisik, pemetaan wilayah tempat tinggal dengan wilayah rawan bencana, pembangunan kanal-kanal, relokasi, bendungan dan lain-lain. Selain itu juga pembangunan masyarakat dengan memberikan edukasi dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Kedua adalah upaya tanggap darurat yang ditujukan untuk mengurangi jumlah korban bencana. Upaya yang bisa dilakukan adalah evakuasi yang cepat, penyediaan pos pengungsian dan pengadaan posko pengobatan, dapur umum dan lain-lain. Sehingga diharapkan korban tidak merasa kesulitan untuk memenubi segala kebutuhannya. Keberhasilan ditahap ini akan bergantung pada keberhasilan ditahan sebelumnya.
Ketiga adalah pasca terjadinya bencana yaitu dengan melakukan recovery baik secara mental ataupun lingkungan. Secara mental mereka butuh penyegaraan dari sisi peningkatan spiritual dengan diadakan tausiyah-tausiyah, untuk sedikit mengurangi duka akibat kehilangan dan trauma yang mereka rasakan. Recovery berikutnya adalah lingkungan dengan menyediakan atau mengganti tempat tinggal mereka yang baru, menyediakan berbagai fasilitas umum diaekitarnya.
Itulah langkah-langkah strategis yang bisa dilakukan penguasa sebagai penanggung jawab atas warganya. Butuh keseriusan untuk bisa merealisasikan langkah-langkah diatas. Keseriusan dan komitmen penguasa yang tidak setengah-setengah dalam menanggulangi bencana. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh penguasa yang fokus menempatkan fungsinya, bukab penguasa yang sekedar tebar pencitraan namun ta ada aksi nyata. Bukan pula penguasa yang senantiasa menghitung untung rugi untuk setiap kebijakannya. Sehingga untuk hal dianggap bisa mendatangkan keuntungan ratusan milyar siap digelontorkan namun untuk kemaslahatan warga hitungan angka menjadi penghalang turunnya dana.