Oleh: Fahmia Nuha Tsabita
Pulau seribu masjid kini tengah berduka pasca diguncang gempa bermagnitudo 7 sepuluh hari yang lalu, yakni pada Minggu, 5 Agustus 2018. Sebagaimana yang dilansir oleh kompas.com, tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban yang diduga masih tertimbun longsoran di Dusun Busur Timur dan Dusun Rempek, Lombok Timur. Jumlah korban meninggal dunia juga terus bertambah. Petugas mencatat korban meninggal hingga hari Minggu (12/8/2018) berjumlah 401 jiwa. Hingga Senin (13/8/2018) tercatat 436 korban meninggal akibat gempa magnitudo 7 yang mengguncang Lombok, NTB.
Selain itu, gempa juga mengakibatkan ratusan sekolah hancur. Para siswa di Lombok pun terpaksa bersekolah di tenda-tenda darurat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy mengatakan, terdapat 553 sekolah yang rusak akibat gempa bermagnitudo 7,0 yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8/2018) lalu.
Begitu beratnya cobaan yang dialami saudara-saudara kita seiman dan setanah air. Namun, dimana pemerintah saat mereka pertama kali dirundung bencana? Pemerintah justru sibuk dengan urusannya sendiri yang ingin melanggengkan kekuasaannya selama 2 periode. Begitu pula masyarakat dialihkan perhatiannya pada pendaftaran bakal calon presiden dan calon wakil presiden sehingga masalah Lombok hanya dipandang sebelah mata oleh mereka yang ingin kekuasaan. Namun setelah urusan capres-cawapres selesai, mereka baru bertindak sehingga aksi yang dilakukan terkesan sebagai pencitraan dan mencari dukungan dari masyarakat setempat.
Pemandangan ini sangat jauh berbeda dengan masa kepemimpinan Rasulullah SAW di Madinah. Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Kaum muslimin pun mengingat kejadian ini baik-baik sehingga saat terjadi gempa pada masa kekhalifahan Umar bin Khottob RA, beliau berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, "Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
Dengan banyaknya musibah dan bencana alam yang menimpa Indonesia saat ini seharusnya membuat kita sadar bahwa inilah bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Namun, bukan berarti tidak ada campur tangan manusia di dalamnya karena dalam surat Ar Rum ayat 41, Allah berfirman "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim seharusnya kita mencontoh perbuatan Rasulullah dan para sahabat tatkala dilanda bencana. Berpikir sejenak apakah bencana ini adalah ujian bagi kaum mukmin untuk mengetahui seberapa besar kesabaran mereka atau jangan-jangan ini adalah adzab bagi kaum yang bermaksiat kepada Allah? Naudzubillahi min dzalik.
Gempa Lombok yang menjadi musibah bersama ini tentunya harus menjadi titik tolak perubahan bersama untuk menjadi kaum yang dicintai Allah karena taat dalam menjalankan perintahNya, bukan hanya dalam ramah individu, tapi juga ramah masyarakat hingga ramah negara. Jika negara ini taat pada aturan Allah yang tidak lain adalah syariat islam maka in syaa Allah negara ini akan menjadi Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuurun sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Saba' ayat 15.
Di dalam surat Al-A'raf ayat 96 juga dijelaskan jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberkahi negri tersebut. "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Diguncang sedikit saja, kita sudah tidak berdaya apalagi jika Allah menurunkan siksaan yang lebih pedih lagi. Ini membuktikan bahwa tidak seharusnya kita mengingkari syariatNya yang terkumpul dalam Al-Qur'an yang diturunkan ke bumi dan Sunnah yang mengalir lewat lisan Rasulullah. Akhir kata, jika negeri ini menginginkan keberkahan dari langit dan bumi, kuncinya hanya satu yakni taat kepada Allah SWT, sang penguasa sejagad. Taat pada syariat bukan taat pada makhluk yang menyuruh kepada maksiat.