Di Balik Semarak Kemerdekaan

Oleh : Nina Marlina, A.Md

Member Akademi Menulis Kreatif Regional Bandung

Staf LPK Pimba Rancaekek Bandung

Pekan ini masyarakat Indonesia di setiap daerah mulai sibuk dengan kegiatan untuk menyemarakan acara peringatan HUT RI. Mulai dari pemasangan berbagai asesoris merah putih seperti bendera dan umbul-umbul, persiapan acara resepsi dan perlombaan, serta upacara dan pawai karnaval yang biasanya ikut memeriahkan perayaan hari kemerdekaan. Kegiatan tersebut memang sudah rutin diadakan oleh rakyat Indonesia setiap setahun sekali. 


HUT RI adalah sebuah momen bangsa Indonesia untuk memperingati hari Kemerdekaan Negara ini tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. 73 tahun yang lalu negara kita telah merdeka dari penjajahan Bangsa lain. Kemerdekaan ini memang harus kita syukuri, karena merupakan rahmat dan pertolongan dari Allah SWT. Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa umat Islam khususnya para ulama adalah orang yang sangat berperan dan menjadi pelopor dalam mengusir para penjajah dari bumi pertiwi. 


Secara fisik, memang negeri kita sudah tak terjajah lagi. Tak ada tembakan senjata atau ledakan bom terdengar menghancurkan jalan dan bangunan. Tak ada jeritan dan tangis anak-anak serta kaum perempuan seperti yang dialami saudara-saudara muslim kita di Timur Tengah. 


Namun, ternyata secara non fisik kita terjajah dalam aspek pemikiran, ekonomi, budaya dan politik. Akan tetapi sayangnya tak semua orang menyadari akan hal ini. Memang, sudah sejak lama Barat mengubah strategi penjajahan kepada negeri-negeri Muslim dari penjajahan fisik menjadi non fisik. Hal ini dikarenakan, Barat menyadari bahwa kekuatan kaum Muslim dapat mudah digerakkan jika diserang secara fisik dengan senjata. Dan ternyata memang benar ketika penjajahan dilakukan secara non fisik, banyak kaum Muslim yang tak menyadari sehingga mereka pun akhirnya larut dan tetap dalam keadaan terpuruk, terjajah seperti yang diharapkan oleh Barat. 


Misalnya saja secara ekonomi, negara ini dijajah oleh sistem kapitalis. Dengan kebijakan privatisasi, kekayaan di bumi Papua berupa emas dan tambang lainnya telah lama dikeruk dan diangkut ke Amerika oleh PT. Freeport. Begitu pun tambang minyak bumi dan batu bara di daerah lainnya. Selain itu, saat ini kita telah banyak digempur oleh tenaga kerja asing sehingga warga pribumi pun kalah bersaing dengan warga asing yang sama-sama ingin mendapatkan pekerjaan. Tak kalah mengkhawatirkan pula dari segi pemikiran dan budaya, kaum remaja diserang dengan berbagai gaya hidup barat yang dikemas semenarik mungkin sehingga berhasil menghancurkan generasi Muslim. 


Hal-hal tersebut di atas mungkin patut kita jadikan sebagai renungan dan membuat kita sadar. Bahwa pada kenyataannya negeri kita masih terjajah. Berbagai aspek kehidupannya tetap ada dalam kontrol dan cengkraman negara asing. Negara yang mandiri dan berdikari belum kita rasakan saat ini. Dengan penjajahan secara non fisik, justru lebih membahayakan, memperdayakan serta menghancurkan negara dan umat. 


Islam memiliki misi utama dalam meraih kemerdekaan hakiki yakni dengan mewujudkan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Dalam pandangan Islam, kemerdekaan hakiki terwujud saat manusia terbebas dari segala bentuk penghambaan dan perbudakan oleh sesama manusia. Islam mengajarkan bahwa manusia harus benar-benar merdeka dari dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman, perbudakan dan penghambaan oleh manusia lainnya. Kehadiran Islam membuat manusia terbebas dari segala bentuk kedzaliman menuju keadilan. 


Namun kapankah hal tersebut menjadi nyata? Insya Allah semua itu akan terwujud kembali seperti dahulu, jika manusia kembali kepada ketaatan dengan menerapkan hukum-hukum Allah SWT di muka bumi secara menyeluruh. Selama aturan manusia yang diterapkan, maka kedzaliman dan penjajahan akan terus dirasakan oleh umat, sehingga kemerdekaan hakiki pun tak kan bisa terwujud.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak