Agustus Bulan Membius

Oleh: Nur Fitriyah Asri

Member Akademi Menulis Kreatif


Tujuh belas Agustus tahun 45. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka nusa dan bangsa....


Sepenggal lirik lagu kebangsaan ciptaan H. Mutahar yang mengingatkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan kita. Dan diminta untuk mengenang,  memperingati setiap tahunnya, sebagai wujud syukur yang disebut dengan HUT Republik Indonesia.


Masuk bulan Agustus di semua penjuru Indonesia  sibuk mengadakan acara-acara menyambut peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, sepanjang jalan-jalan, gang-gang dihias dengan bendera merah putih, umbul-umbul, assesoris yang serba merah putih, lampu hias, baliho-baliho besar yang bertuliskan 'Dirgahayu Kemerdekaan RI'


Setiap harinya diadakan perlombaan macam-macam, ada tarik tambang, panjat pinang, lari dalam karung, sepak bola dangdutan, olah raga dan lain-lain. Wah, semua rakyat Indonesia merasa terhibur dan berbahagia.


Yang menyedihkan kalau ada latihan gerak jalan, karnafal,  belum dilombakan saja sudah membuat jalan macet, wajar kalau pengguna jalan dibuat dongkol, sebel. Apa tidak disadari kalau itu sebenarnya mendzolimi orang lain juga dirinya sendiri, hanya alasan latihan tapi mengorbankan pelajaran sekolah. 


Di Jember ada JFC ( Jember Fashion Carnaval) diadakan selama sepekan, menjadi ikon kota Jember karena sudah taraf internasioal dan mendapat juara pula. Tanpa disadari Kota Jember yang semula mendapat predikat Kota Seribu Pesantren benar-benar tergerus oleh JFC yang sudah menyebar ke desa-desa dan diikuti oleh kabupaten-kabupaten yang lain. Ini karena serangan virus liberalisasi ( paham kebebasan).


Miris, sampai melupakan shalat, betapa tidak, acaranya dimulai pada pukul 14.00 tapi persiapannya sudah sejak pagi, pulangnya malam hari. Tidak penting bagi mereka berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk bisanya tampil ( 4-20 juta), yang pasti mereka  melanggar syariat karena tabaruj, ikhtilat ( campur baur bukan makhromnya), pamer aurat. 


Fatalnya lagi semua sekolahan, pesantren, kelurahan/desa-desa diwajibkan ikut menyelenggarakan  JFC supaya mengerahkan warganya, muridnya, santrinya, bahkan sampai ada Kiai yang berfatwa shalat boleh dijamak. Puncak peringatan HUT biasa ditutup dengan gebyar seni. Benar-benar Agustus membius akal sehat, melenakan sesungguhnya kita belum merdeka.


 Agustus  membius akal sehat, berani melanggar  syariat. Lupa akan esensi kemerdekaan. Sudahkah kita merdeka?


Dalam pembukaan UUD 1945 berbunyi "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."


Menurut KBBI, Merdeka adalah bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa.


Sejatinya Indonesia *belum merdeka* masih sangat bergantung pada pihak asing dan aseng. Kekayaan negara kita SDA nya (emas, batubara, tembaga, uranium, gas, sudah di eksploitasi, dikuasai oleh asing dan aseng. Ini menjadi faktor terbesar penyebab kemiskinan di Indonesia.


Utang Indonesia kuartal 1-2018 tercatat US$ 358,7 miliar, dengan kurs 14.000 setara dengan Rp. 5. 021 triliun.

Utang yang fantastis besarnya. Siapa yang akan menanggung? Indonesia sangat tergantung dengan utang riba.


Rasulullah bersabda "Tidaklah riba dan zina merajalela di suatu bangsa, melainkan bangsa itu telah menghalalkan dirinya untuk mendapat adzab Allah Azza wa Jalla"(HR Ahmad).


Kesehatan untuk melayani masyarakat diserahkan BPJS. Pada tahun 2017 Total klaim yang dicairkan Rp 84 T. Sedangkan uang yang diterima Rp 74.25 T. Jadi defisit Rp 9.75 T.

Anehnya  pemerintah siap-siap Bailout. Apa tidak keliru? Bukankah BPJS itu milik swasta yang bergerak dalam bidang asuransi. Jadi peserta BPJS itu tidak gratis justru setiap bulannya membayar premi, biaya pengobatan mahal, pelayanan tidak memuaskan, maka dari itu orang miskin dilarang sakit.


Demikian juga dengan biaya pendidikan sangat mahal, benar dapat bantuan seperti kartu pintar, tapi tidak menjangkau semuanya, banyak yang tidak dapat, artinya orang miskin tidak boleh pintar.


Adapun jumlah kemiskinan bulan Maret 2018 berjumlah 25.95 jt orang. Itu sudah mengalami penurunan kata BPS.  Sedangkan standar kemiskinan adalah bila pengeluaran rata-rata dikatakan miskin hanya Rp 374.478 per kapita per bulan (www.boombastis.com). Bagaimana jika standarnya menggunakan garis Bank Dunia yaitu USD 1,9. Dengan kurs Rp 14.515. Maka setara dengan Rp 27.000 per hari. Jika sebulan  berarti Rp 27.000 × 30 = Rp 710.000. (miskin).

Jika yang digunakan untuk standar kemiskinan garis Bank Dunia maka jumlah penduduk miskin jauh diatas  data menurut pemerintah. Inilah yang mendorong Rizal Ramli angkat bicara soal data angka kemiskinan di Indonesia yang dikatakan semu (tirto.id.BPS maret/2018).


Belum lagi ditambah dengan naiknya BBM, listrik, LPG, pajak dan lain-lain, yang semua itu dapat memicu naiknya komoditas yang lain yang menyebabkan pula naiknya kurs dollar, akibatnya daya beli rakyat menurun, semua itu akan menambah daftar panjang angka kemiskinan.


Politiknya tidak adil kepada individu, kelompok, ormas yang tidak sehaluan dengan penguasa akan dipersikusi, dikriminalisasikan, dicabut BHP nya, dituduh makar, radikal, yang semuanya itu menimbulkan gejolak ketakutan bagi masyarakat awam, menciptakan islamophobia. Peradilan yang hanya tajam kebawah, tumpul keatas.


Kebudayaan yang membebek ke barat, pergaulan bebas, minuman keras, generasi hedonis, suka tawuran, akidahnya lemah, koruptor, semua itu mencerminkan kalau tidak berakhlak atau berkarakter, padahal mayoritas penduduknya muslim.


Negara yang tidak berdaulat, negara boneka yang sendiko dawuh (tunduk patuh) menurut arahan tuannya yaitu sang penjajah, yang dijadikan tumbal adalah rakyatnya, senantiasa diperas dan diperas, ibarat sapi perahan.


Itulah potret kelam sebuah fakta yang tidak banyak diketahui rakyat karena dikaburlan oleh media-media jahat. Masihkah berani lantang menyuarakan pekik merdeka? Tidakkah kita malu dengan kondisi kita yang terjajah oleh neo imperalisme dan neo liberalisme? Bangkitlah wahai rakyat Indonesia.


Tidak kah berpikir akan firman Allah "Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, sehingga Kami menyiksa mereka disebabkan perbuatan mereka" (TQS Al A'raf 7: 96).


Ingin merdeka hakiki? Hanya kembali kepada Islam Kaffah. Hanya Islam yang mempunyai aturan-aturan yang komfrehenshif, yang sempurna. Islam sebagai problem solfing, bisa menyelesaikan semua permasalahan karena Islam memberikan petunjuk dan penjelasannya tidak hanya yang terkait masalah akidah dan ibadah saja. Tapi di semua bidang kehidupan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak